Monday, April 30, 2012

Gairah Tanpa Sebab

Di dalam keadaan gairah tanpa sebab, terdapat intensitas yang bebas dari segala kemelekatan; tetapi jika gairah mempunyai sebab, terdapat kelekatan, dan kelekatan ini awal dari kesedihan. Kebanyakan dari kita melekat, kita melekat kepada seseorang, kepada suatu negeri, kepada suatu kepercayaan, kepada suatu gagasan, dan apabila obyek kelekatan kita diambil, atau karena suatu hal kehilangan maknanya, kita mendapati diri kita kosong, tidak memadai. Kekosongan ini kita coba untuk dipenuhi dengan melekat kepada sesuatu yang lain, yang lagi-lagi menjadi obyek gairah kita.

Periksalah hati dan pikiran Anda. Saya hanya sekadar cermin, yang di dalamnya Anda memandang diri Anda sendiri. Jika anda tidak mau memandang, silakan; tetapi jika Anda ingin memandang, pandanglah diri Anda dengan jelas, tak kenal ampun, dengan intens—bukan dengan harapan untuk melenyapkan kesengsaraan Anda, kecemasan Anda, perasaan bersalah Anda, tetapi untuk memahami gairah luar biasa ini yang selalu membawa pada kesedihan.

Bila gairah mempunyai sebab, ia menjadi nafsu. Bila ada gairah untuk sesuatu—untuk seseorang, untuk suatu gagasan, untuk semacam pemenuhan—maka dari gairah itu timbul kontradiksi, konflik, daya upaya. Anda berjuang untuk mencapai atau mempertahankan suatu keadaan tertentu, atau menghadirkan kembali suatu keadaan yang pernah ada dan sudah lenyap. Tetapi gairah yang saya bicarakan tidak menimbulkan kontradiksi, konflik. Gairah itu sama sekali tak berhubungan dengan suatu sebab, dan oleh karena itu ia bukan akibat.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, April 29, 2012

Gairah yang Hilang

Kata bukanlah halnya. Kata ‘gairah’ bukanlah gairah. Untuk merasakan itu dan terperangkap di dalamnya tanpa suatu kehendak atau arah atau maksud, untuk menyimak kepada apa yang disebut keinginan ini, menyimak keinginan-keinginan yang Anda miliki, yang banyak jumlahnya, kuat atau lemah—bila Anda lakukan itu, Anda akan melihat betapa besar kerusakan yang Anda lakukan jika Anda menekan keinginan, jika Anda mendistorsikannya, jika Anda ingin memenuhinya, jika Anda ingin melakukan sesuatu tentang itu, jika Anda mempunyai opini tentang itu.

Kebanyakan orang telah kehilangan gairah ini. Mungkin kita memilikinya ketika kita masih muda—untuk kelak menjadi orang kaya, untuk menjadi termasyhur, dan menjalani kehidupan borjuis dan terhormat; mungkin kita menggumamkannya secara tidak jelas tentang itu. Lalu orang harus menyesuaikan diri dengan Anda, Anda yang mati, yang terhormat, yang tidak memiliki bahkan sepercik gairah; lalu orang menjadi bagian dari Anda, dan oleh karena itu juga kehilangan gairah.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, April 28, 2012

Batin Yang Remeh

Batin yang bergairah meraba, mencari, menerobos, tidak menerima tradisi apa pun; ia bukan batin yang mempunyai ketetapan, bukan batin yang telah sampai, melainkan batin muda yang terus-menerus sampai.

Nah, bagaimanakah batin seperti itu muncul? Itu harus terjadi. Jelas, batin yang remeh tidak bisa melakukannya. Sebuah batin remeh yang mencoba menjadi bergairah hanya akan memerosotkan segala sesuatu ke dalam keremehannya sendiri. Itu harus terjadi, dan itu hanya akan terjadi apabila batin melihat keremehannya sendiri, namun tidak mencoba berbuat apa-apa terhadap keremehan itu. Apakah saya jelas? Mungkin tidak. Tetapi, seperti saya katakan tadi, setiap batin yang terbatas, betapa pun inginnya, masih tetap remeh; itu jelas. Batin yang kerdil, sekalipun ia mampu pergi ke bulan, sekalipun ia bisa memperoleh suatu teknik, sekalipun ia bisa berdebat dan membela diri dengan cerdik, adalah tetap batin yang kerdil. Jadi, bila batin yang kerdil bertanya, ”Saya harus bergairah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat,” jelas gairahnya sangat remeh, bukan?—seperti marah-marah tentang suatu ketidakadilan yang remeh, atau mengira seluruh dunia ini akan berubah berkat pembaruan-pembaruan kecil dan remeh yang dilakukan di sebuah desa kecil yang angkuh oleh suatu batin yang kerdil dan angkuh pula. Jika batin yang kerdil itu melihat semua itu, maka persepsi bahwa dirinya kerdil itu sendiri cukup, maka seluruh kegiatannya mengalami perubahan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, April 27, 2012

Batin Yang Bergairah Akan Menyelidik

Jelas harus ada gairah, dan masalahnya adalah bagaimana menghidupkan kembali gairah. Harap jangan salah paham. Saya maksudkan ’gairah’ dalam arti apa pun, bukan hanya gairah seksual, yang adalah sangat remeh. Dan kebanyakan dari kita merasa puas dengan itu, karena semua gairah yang lain telah musnah—di kantor, di pabrik, dengan mengikuti pekerjaan, rutinitas, teknik belajar tertentu—jadi tidak ada lagi gairah yang tertinggal; tidak ada rasa mendesak dan pelepasan yang kreatif. Oleh karena itu, seks menjadi penting bagi kita, dan di situ kita tersesat di dalam gairah remeh, yang menjadi masalah besar bagi batin yang sempit dan saleh, atau kalau tidak, segera menjadi kebiasaan dan mati. Saya menggunakan kata ’gairah’ sebagai suatu totalitas. Seorang yang penuh gairah, yang merasakan dengan kuat, tidak puas dengan sekadar memiliki suatu pekerjaan remeh—apakah itu pekerjaan perdana menteri, pekerjaan juru masak, atau pekerjaan apa pun. Batin yang bergairah akan menyelidik, mencari, menatap, bertanya, menuntut; bukan hanya sekadar mencari bagi ketidakpuasannya suatu obyek yang bisa memenuhi dirinya lalu pergi tidur. Suatu batin yang bergairah akan meraba-raba, mencari, menerobos, tidak menerima tradisi apa pun; ia bukan batin yang mempunyai ketetapan, bukan batin yang telah sampai, melainkan batin muda yang terus-menerus sampai.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, April 26, 2012

Percayalah, Cinta Adalah Gairah

Anda tidak mungkin peka jika Anda tidak penuh gairah. Jangan takut akan kata ’gairah’. Kebanyakan buku agama, kebanyakan guru, swami, pemimpin dsb berkata, ”Jangan punya gairah.” Tetapi jika Anda tidak punya gairah, bagaimana Anda bisa peka terhadap yang buruk, terhadap yang indah, terhadap dedaunan yang berdesir, terhadap matahari terbenam, terhadap secercah senyum, terhadap sebuah tangis? Bagaimana Anda bisa peka tanpa suatu rasa gairah yang di situ orang melupakan-diri? Tuan, harap dengarkan saya, dan jangan bertanya bagaimana caranya mendapatkan gairah. Saya tahu Anda semua cukup bergairah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, atau untuk membenci seorang yang malang, atau cemburu kepada seseorang; tetapi saya berbicara tentang sesuatu yang sama sekali lain—gairah yang mencinta. Cinta adalah keadaan yang di situ tidak ada sang ”aku”; cinta adalah keadaan yang di situ tidak ada pengutukan, tidak ada pernyataan bahwa seks itu benar atau salah, bahwa ini baik dan yang lain jelek. Cinta bukan salah satu dari hal-hal yang saling bertentangan ini. Kontradiksi tidak ada di dalam cinta. Dan bagaimana kita bisa mencinta jika kita tidak bergairah? Tanpa gairah, bagaimana kita bisa peka? Peka berarti merasakan tetangga Anda yang duduk di sebelah Anda; melihat keburukan kota dengan kekumuhannya, kekotorannya, kemiskinannya, dan melihat keindahan sungai, laut, langit. Jika Anda tidak bergairah, bagaimana Anda bisa peka terhadap semua itu? Bagaimana Anda dapat merasakan seulas senyum, setetes air mata? Percayalah, cinta adalah gairah.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, April 25, 2012

Gairah untuk Segala Sesuatu

Bagi kebanyakan dari kita, gairah digunakan hanya dalam kaitan dengan satu hal, yakni seks; atau Anda menderita dengan bergairah dan Anda mencoba memecahkan penderitaan itu. Tetapi saya menggunakan kata ’gairah’ untuk suatu keadaan batin, suatu keberadaan, keadaan dari inti batin Anda—jika itu ada—yang merasa secara kuat, yang amat peka—sama pekanya terhadap debu, terhadap kekumuhan, terhadap kemiskinan, dan terhadap harta kekayaan yang melimpah dan korupsi, terhadap keindahan sebatang pohon, terhadap seekor burung, terhadap air yang mengalir, dan terhadap sebuah kolam yang memantulkan langit senja. Adalah perlu untuk merasakan semua ini secara intens, secara kuat. Oleh karena tanpa gairah hidup ini kosong, dangkal, tak punya banyak arti. Jika Anda tidak dapat melihat keindahan sebatang pohon, dan mencintai pohon itu, jika Anda tak dapat peduli dengan itu secara intens, Anda tidak hidup.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, April 24, 2012

Keindahan di Luar Perasaan

Tanpa gairah bagaimana bisa ada keindahan? Maksud saya bukan keindahan lukisan, bangunan, gambar perempuan, dan sebagainya. Semua itu mempunyai wujud keindahannya sendiri. Suatu benda yang dibuat oleh manusia, sebuah katedral, kuil, lukisan, puisi, patung, mungkin indah atau tidak. Tetapi ada keindahan yang di luar perasaan dan pikiran, dan yang tak dapat disadari, dipahami, atau diketahui jika tidak ada gairah. Jadi, jangan salah paham akan kata ’gairah’. Itu bukan kata yang buruk; itu bukan sesuatu yang bisa Anda beli di pasar atau dibicarakan secara romantis. Ia tak punya kaitan sama sekali dengan emosi, perasaan. Itu bukan sesuatu yang terhormat; itu adalah api yang memusnahkan segala sesuatu yang palsu. Dan kita selalu takut membiarkan api itu melalap hal-hal yang kita cintai, hal-hal yang kita sebut penting.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, April 23, 2012

Nyala Gairah yang Murni

Di dalam diri kebanyakan dari kita terdapat sedikit sekali gairah. Kita mungkin penuh nafsu, kita mungkin mendambakan sesuatu, kita mungkin ingin melepaskan diri dari sesuatu, dan semua ini memang memberikan sedikit intensitas. Tetapi kecuali kita bangun dan masuk ke dalam nyala gairah ini tanpa tujuan, kita tidak pernah dapat memahami apa yang disebut penderitaan. Untuk memahami sesuatu Anda harus memiliki gairah, intensitas dari perhatian yang total. Bila terdapat gairah untuk sesuatu yang menghasilkan kontradiksi, konflik, nyala gairah yang murni ini tidak mungkin ada; dan nyala gairah yang murni harus ada untuk mengakhiri penderitaan, melenyapkannya sama sekali.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, April 22, 2012

Pelepasan Total

Mungkin Anda belum pernah mengalami keadaan batin yang di situ terdapat pelepasan total dari segala sesuatu, pembuangan segala-galanya. Dan Anda tidak dapat membuang segala sesuatu tanpa gairah mendalam, bukan? Anda tidak dapat membuang segala-galanya secara intelektual, atau secara emosional. Jelas, hanya terdapat pembuangan total apabila terdapat gairah yang intens. Jangan takut akan kata itu, oleh karena orang yang tanpa gairah, yang tidak intens, tidak pernah dapat memahami atau merasakan kualitas keindahan. Batin yang menahan sesuatu, batin yang mempunyai kepentingan, batin yang melekat kepada kedudukan, kekuasaan, prestise, batin yang terhormat, yang mengerikan—batin seperti itu tidak pernah dapat membuang dirinya.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, April 21, 2012

Cara dan Tujuan Adalah Satu

Untuk mencapai pembebasan, tidak diperlukan apa-apa. Anda tidak bisa mencapainya melalui tawar-menawar, melalui pengorbanan, melalui pembuangan; itu bukan sesuatu yang dapat Anda beli. Jika Anda melakukan hal-hal itu, Anda akan memperoleh barang dagangan, dan oleh karena itu, tidak nyata. Kebenaran tidak bisa dibeli, tidak ada cara untuk mencapai kebenaran; jika ada cara, hasilnya bukanlah kebenaran, oleh karena cara dan tujuan adalah satu, keduanya tidak terpisah. Kesucian dari seks sebagai cara untuk mencapai pembebasan, kebenaran, adalah pengingkaran kebenaran. Kesucian bukan mata uang untuk membeli kebenaran. ...

Mengapa kita berpikir, kesucian itu penting? ... Apa yang kita maksud dengan seks? Bukan hanya tindakannya, tetapi juga berpikir tentang itu, merasakannya, mengantisipasikannya, melarikan diri darinya—itulah masalah kita. Masalah kita adalah rasa tubuh, menginginkannya makin lama makin banyak. Amatilah diri Anda sendiri, jangan amati orang lain. Mengapa pikiran Anda begitu asyik dengan seks? Kesucian dari seks hanya ada jika ada cinta, dan tanpa cinta tidak ada kesucian. Tanpa cinta, kesucian hanyalah nafsu dalam bentuk lain. Menjadi suci berarti menjadi sesuatu yang lain; seperti orang menjadi berkuasa, sukses sebagai pengacara, politisi terkemuka, atau apa pun—perubahan itu terletak pada tingkat yang sama. Itu bukan kesucian, melainkan sekadar hasil akhir dari suatu impian, hasil dari perlawanan terus-menerus terhadap suatu keinginan. ... Jadi, kesucian tidak lagi menjadi masalah jika terdapat cinta. Maka kehidupan bukan lagi masalah, kehidupan akan dijalani dalam kepenuhan cinta, dan revolusi itu akan menghasilkan dunia yang baru.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, April 20, 2012

Memahami Gairah Nafsu

Apakah menghukum diri sendiri itu kehidupan religius? Apakah menyakiti badan atau batin itu tanda pemahaman? Apakah penyiksaan-diri itu jalan menuju realitas? Apakah menghindari seks itu pengingkaran? Apakah Anda bepikir, Anda dapat maju jauh dengan pelepasan? Apakah Anda berpikir, perdamaian bisa muncul melalui konflik? Tidakkah cara jauh lebih penting daripada tujuan? Tujuan adalah kemungkinan, tapi cara adalah saat kini. Yang aktual, apa adanya, perlu dipahami dan bukan dibungkam dengan ketetapan hati, cita-cita, dan rasionalisasi cerdik. Kesedihan bukan jalan kebahagiaan. Apa yang disebut gairah nafsu harus dipahami dan bukan ditekan atau disublimasikan, dan tidak ada gunanya mencari pengganti baginya. Apa pun yang Anda lakukan, cara apa pun yang Anda temukan, hanya akan memperkuat apa yang belum dicintai dan dipahami. Mencintai apa yang kita namakan gairah nafsu adalah memahaminya. Mencinta adalah menyatu langsung, dan Anda tidak dapat mencintai sesuatu jika Anda menolaknya, jika Anda punya gagasan, atau kesimpulan tentang itu. Bagaimana Anda mencintai dan memahami gairah nafsu jika Anda bersumpah melawannya? Sumpah adalah suatu bentuk perlawanan, dan apa yang Anda tolak pada akhirnya akan menaklukkan Anda. Kebenaran bukan untuk ditaklukkan; Anda tidak dapat menggempurnya; ia akan menyelinap dari jari-jari Anda bila Anda mencoba memegangnya. Kebenaran datang diam-diam, tanpa Anda ketahui. Yang Anda ketahui bukanlah kebenaran, itu cuma suatu gagasan, suatu simbol. Bayangan bukan kenyataan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, April 19, 2012

Sang Idealis Tak Mengenal Cinta

Orang yang mencoba hidup selibat untuk mencapai Tuhan adalah tidak suci, oleh karena mereka mencari hasil atau keuntungan, dengan demikian menukar tujuan, hasil itu dengan seks—yang adalah ketakutan. Hati mereka tak mengenal cinta, dan tak mungkin ada kemurnian, dan hanya hati yang murni dapat menemukan realitas. Sebuah hati yang didisiplinkan, sebuah hati yang tertekan, tak dapat mengenal cinta. Ia tak dapat mengenal cinta jika ia terperangkap dalam kebiasaan, dalam rasa tubuh—baik religius maupun fisik, psikologis atau jasmaniah. Seorang idealis adalah peniru, dan oleh karena itu ia tak dapat mengenal cinta. Ia tak dapat bermurah hati, memberikan dirinya sepenuhnya tanpa memikirkan dirinya. Hanya apabila pikiran dan hati tak terbebani rasa takut, tak terbebani kerutinan kebiasaan rasa tubuh, apabila terdapat kemurahan hati dan kasih sayang, maka terdapat cinta. Cinta seperti itu adalah suci.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, April 18, 2012

Berpikir Terus-Menerus Adalah Pembuangan Energi

Kebanyakan kita menghabiskan hidup kita dalam daya upaya, dalam pergulatan; dan daya upaya itu, pergulatan itu, perjuangan itu, adalah pembuangan energi. Manusia, sepanjang sejarah umat manusia, berkata, untuk menemukan realitas Tuhan—atau nama apa pun yang diberikan kepadanya—Anda harus selibat; yakni Anda mengangkat sumpah kemurnian, lalu menekan, mengendalikan, bertempur dengan diri Anda sendiri sepanjang hidup Anda, untuk mempertahankan sumpah Anda. Lihatlah pembuangan energi itu! Mengumbar hawa nafsu juga pembuangan energi. Dan jauh lebih berarti bila Anda menekan. Daya upaya yang dikerahkan untuk menekan, untuk mengendalikan, untuk mengingkari keinginan Anda, mendistorsikan batin Anda, dan melalui distorsi itu Anda memperoleh perasaan kesalehan, yang menjadi keras. Harap simak ini. Amatilah dalam diri Anda sendiri dan amati orang-orang di sekitar Anda. Dan amati pembuangan energi ini, pertempuran ini. Bukan implikasi dari seks, bukan perbuatan sesungguhnya, melainkan cita-cita, gambaran, kenikmatan—berpikir terus-menerus tentang hal-hal itu adalah pembuangan energi. Dan kebanyakan orang membuang energi, entah melalui pengingkaran, entah melalui sumpah kemurnian, entah memikirkannya terus-menerus.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, April 17, 2012

Mencinta Berarti Suci

Masalah seks tidak sederhana, dan itu tidak dapat dipecahkan pada tingkatannya sendiri. Mencoba memecahkannya secara biologis adalah absurd; dan mendekatinya melalui agama, atau mencoba memecahkannya seolah-olah itu sekadar masalah penyesuaian fisik, proses kelenjar, atau memagarinya dengan tabu-tabu dan pengutukan, semuanya begitu tidak matang, kekanak-kanakan dan bodoh. Ia membutuhkan kecerdasan pada tingkat tertinggi. Memahami diri kita di dalam hubungan kita dengan orang lain membutuhkan kecerdasan yang jauh lebih cepat dan halus daripada memahami alam. Tetapi kita mencoba memahami tanpa kecerdasan; kita ingin tindakan seketika, solusi seketika, dan masalahnya makin lama menjadi makin menonjol. ... Cinta bukanlah sekadar pikiran; pikiran hanyalah tindakan luar dari otak. Cinta adalah jauh lebih dalam, jauh lebih halus, dan kehalusan hidup hanya dapat ditemukan di dalam cinta. Tanpa cinta, hidup tidak punya arti—dan itulah yang menyedihkan dalam eksistensi kita. Kita menjadi tua sementara tetap tidak matang; tubuh kita menjadi tua, gemuk, jelek, dan kita tetap tidak berpikir. Sekalipun kita membaca dan membicarakan hal itu, kita tidak pernah mengenal keharuman hidup. Sekadar membaca dan memperbincangkan saja menunjukkan tidak adanya kehangatan hati yang memperkaya hidup; dan tanpa kualitas cinta, apa pun yang Anda lakukan, memasuki perkumpulan apa pun, membuat hukum apa pun, Anda tidak akan memecahkan masalah ini. Mencinta berarti suci.

Sekadar intelek bukanlah kesucian. Orang yang mencoba suci dalam pikiran adalah tidak suci, oleh karena ia tidak memiliki cinta. Hanyalah orang yang mencinta yang suci, murni, tak dapat dikotori.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, April 16, 2012

Cinta Tidak Dapat Disesuaikan

Cinta bukanlah berasal dari pikiran, bukan? Cinta bukanlah sekadar perbuatan seksual, bukan? Cinta bukanlah sesuatu yang dapat dibayangkan oleh pikiran. Cinta bukanlah sesuatu yang dapat dirumuskan. Dan tanpa cinta Anda berhubungan; tanpa cinta Anda kawin. Lalu, di dalam perkawinan itu, Anda “menyesuaikan diri” satu sama lain. Manis sekali kalimat itu! Anda menyesuaikan diri satu sama lain, yang lagi-lagi suatu proses intelektual, bukan? ... Penyesuaian ini jelas suatu proses mental. Begitulah semua penyesuaian. Tetapi, sesungguhnya cinta tidak dapat disesuaikan. Tuan, Anda tahu, bukan, bahwa jika Anda mencintai seseorang, tidak ada ”penyesuaian diri”. Yang ada tidak lain adalah penyatuan lengkap. Hanya bila tidak ada cinta, maka kita mulai menyesuaikan. Dan penyesuaian ini dinamakan perkawinan. Dengan demikian, perkawinan akan gagal, karena ia adalah sumber konflik itu sendiri, pertempuran antara dua orang. Ini adalah masalah yang luar biasa rumit, seperti sifat semua masalah, tetapi lebih rumit lagi karena nafsu-nafsu, dorongan-dorongan begitu kuat. Jadi, batin yang hanya sekadar menyesuaikan diri tidak pernah dapat suci. Batin yang mencari kenikmatan melalui seks tidak pernah dapat suci. Sekalipun Anda, dalam perbuatan itu, untuk sesaat menafikan diri Anda, melupakan diri Anda, tindakan mengejar kenikmatan itu, yang berasal dari pikiran, membuat batin tidak suci. Kesucian hanya muncul apabila ada cinta.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, April 15, 2012

Mempertimbangkan Perkawinan

Kita mencoba memahami masalah perkawinan, yang di situ terkandung masalah hubungan seksual, cinta, hidup bersama, penyatuan. Jelas bahwa jika tidak ada cinta, perkawinan menjadi memalukan, bukan? Lalu perkawinan menjadi sekadar pemuasan nafsu. Mencinta adalah salah satu hal yang paling sukar, bukan? Cinta hanya bisa muncul, hanya bisa ada apabila diri ini lenyap. Tanpa cinta, hubungan adalah menyakitkan; betapa pun memuaskan, atau betapa pun dangkal, ia membawa kepada kebosanan, kepada rutinitas, kepada kebiasaan dengan semua implikasinya. Lalu, masalah seksual menjadi mahapenting. Di dalam mempertimbangkan perkawinan, apakah perlu atau tidak, kita harus pertama-tama memahami cinta. Sesungguhnya, cinta adalah murni, tanpa cinta Anda tidak bisa murni; Anda mungkin menjadi selibat, laki-laki maupun perempuan, tetapi itu bukan murni, itu bukan suci, bila tidak ada cinta. Jika Anda mempunyai cita-cita tentang kemurnian, artinya jika Anda ingin menjadi murni, di situ juga tidak ada cinta, oleh karena ia sekadar keinginan untuk menjadi sesuatu yang Anda pikir mulia, yang Anda pikir akan membantu Anda menemukan realitas; di situ sama sekali tidak ada cinta. Mengumbar hawa nafsu adalah tidak murni, ia hanya membawa kepada kemerosotan, kepada kesengsaraan. Begitu pula mengejar suatu cita-cita. Kedua-keduanya menyingkirkan cinta, keduanya menyiratkan upaya menjadi sesuatu, memuaskan diri di dalam sesuatu; oleh karena itu Anda menjadi penting, dan bila Anda penting, maka cinta tidak ada.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, April 14, 2012

Sesuatu Yang Termasuk Batin

Apa yang kita sebut cinta kita adalah termasuk batin. Tengoklah diri Anda sendiri, Bapak-bapak dan Ibu-ibu, dan Anda akan melihat jelas kebenaran apa yang saya katakan; kalau tidak, kehidupan kita, perkawinan kita, hubungan kita, akan menjadi lain sama sekali, kita akan mempunyai masyarakat yang baru. Kita mengikat diri kita kepada seorang lain, bukan melalui penyatuan, melainkan melalui suatu kontrak, yang disebut cinta, perkawinan. Cinta bukan pemanfaatan, penyesuaian—ia bukan personal maupun impersonal, ia adalah suatu keadaan berada. Orang yang menginginkan penyatuan dengan sesuatu yang lebih besar, menyatukan dirinya dengan suatu pribadi lain, ia menghindari kesengsaraan, kebingungan; tetapi batin tetap terpisah, yang adalah desintegrasi. Cinta tidak mengenal penyatuan maupun penyebaran, ia bukan personal maupun impersonal; ia adalah suatu keadaan berada yang tak dapat ditemukan oleh batin; batin dapat menguraikanya, memberinya istilah, nama, tetapi kata, deskripsi, bukanlah cinta. Cinta hanya ada apabila batin diam, sehingga ia dapat mengenal cinta, dan keadaan hening itu bukan sesuatu untuk dipupuk.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, April 13, 2012

Cinta Bukan Kewajiban

... Bila terdapat cinta, tidak terdapat kewajiban. Bila Anda mencintai istri Anda, Anda berbagi segala sesuatu dengan dia—harta Anda, permasalahan Anda, kecemasan Anda, sukacita Anda. Anda tidak mendominasi. Anda bukan sang laki-laki dan dia perempuan untuk dipakai dan dibuang, semacam mesin pembiak untuk melestarikan nama Anda. Bila terdapat cinta, kata ’kewajiban’ lenyap. Laki-laki tanpa cinta dalam hatinyalah yang berbicara tentang hak dan kewajiban, dan di negeri ini [India] kewajiban dan hak telah mengambil-alih tempat cinta. Peraturan telah menjadi lebih penting daripada kehangatan rasa sayang. Bila terdapat cinta, masalahnya menjadi sederhana; bila tidak terdapat cinta, masalahnya menjadi rumit. Bila orang mencintai istrinya dan anak-anaknya, ia tidak mungkin berpikir tentang kewajiban dan hak. Tuan, selidikilah hati dan batin Anda sendiri. Saya tahu, Anda menertawakannya—itu adalah salah satu kiat untuk tidak berpikir panjang, menertawakan sesuatu dan mengesampingkannya. Istri Anda tidak ikut memikul tanggung jawab Anda, istri Anda tidak ikut memiliki harta benda Anda, dia tidak memiliki separuh dari apa yang Anda miliki oleh karena Anda menganggap perempuan kurang daripada diri Anda sendiri, sebagai sesuatu untuk disimpan dan digunakan secara seksual sekehendak Anda bila nafsu Anda menginginkannya. Jadi Anda menciptakan kata ’hak’ dan ’kewajiban’; dan bila perempuan berontak, Anda melemparkan kata-kata itu kepadanya. Masyarakat yang statis, masyarakat yang lapuklah yang bicara tentang kewajiban dan hak. Jika Anda sungguh-sungguh meneliti hati dan batin Anda sendiri, Anda akan menemukan bahwa Anda tidak punya cinta.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, April 12, 2012

Selama Kita Memiliki, Kita Tidak Pernah Mencinta

Kita mengenal cinta sebagai sensasi, bukan? Ketika kita berkata kita mencinta, yang kita kenal adalah kecemburuan, ketakutan, kecemasan. Ketika Anda berkata Anda mencintai seseorang, semua itu tersirat: irihati, keinginan memiliki, keinginan memperoleh, mendominasi, takut kehilangan, dan sebagainya. Semua itu kita namakan cinta, dan kita tidak mengenal cinta tanpa rasa takut, tanpa iri hati, tanpa pemilikan; kita sekadar berceloteh saja tentang cinta tanpa rasa takut, yang kita namakan cinta tanpa-aku, cinta murni, cinta ilahi, atau apa saja; tetapi faktanya ialah kita cemburu, kita mendominasi, kita posesif. Kita akan tahu keadaan cinta itu hanya apabila kecemburuan, iri hati, sikap memiliki, dominasi berakhir; dan selama kita memiliki, kita tidak pernah mencinta ... Kapan Anda memikirkan orang yang Anda cintai? Anda memikirkan dia bila ia tidak ada, bila ia pergi, bila ia meninggalkan Anda. ... Jadi, Anda merasa kehilangan orang yang Anda bilang Anda cintai ketika Anda terganggu, ketika Anda menderita; dan selama Anda memiliki orang itu, Anda tidak perlu memikirkan dia, oleh karena di dalam memiliki tidak ada gangguan. ...

Anda memikir-mikir bila Anda terganggu—dan Anda pasti akan terganggu selama pikiran Anda adalah apa yang Anda namakan ’cinta’. Jelas, cinta bukan berasal dari pikiran; dan oleh karena hal-hal dari pikiran telah memenuhi hati kita, kita tidak memiliki cinta. Hal-hal yang dari pikiran adalah kecemburuan, iri hati, ambisi, keinginan menjadi sesuatu, keinginan mencapai sukses. Hal-hal dari pikiran ini memenuhi hati Anda, lalu Anda berkata Anda mencinta; tetapi bagaimana Anda bisa mencinta bila Anda memiliki semua hal yang membingungkan ini di dalam diri Anda? Bila ada asap, bagaimana mungkin ada nyala yang murni?

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, April 11, 2012

Apa Yang Anda Maksud Dengan Cinta ?

Cinta adalah yang tak dapat diketahui. Ia hanya dapat direalisasikan apabila apa yang diketahui dipahami dan ditransendensikan. Hanya apabila batin bebas dari yang diketahui, baru terdapat cinta. Demikianlah, kita harus mendekati cinta secara negatif, bukan secara positif.

Apakah cinta itu bagi kebanyakan dari kita? Bagi kita, bila kita mencinta, di situ terdapat kemilikan, dominasi, atau penghambaan. Dari pemilikan ini muncul kecemburuan, dan takut kehilangan, dan kita mengesahkan instink posesif ini. Dari kemilikan ini muncul kecemburuan dan konflik yang tak terhitung jumlahnya yang kita semua kenal. Jadi, kemilikan bukanlah cinta. Cinta juga bukan sentimental. Menjadi sentimental, menjadi emosional, berarti tidak mencinta. Sensitivitas dan emosi hanyalah sekadar sensasi.

... Hanya cinta dapat mengubah ketakwarasan, kebingungan, dan pergulatan. Tidak ada sistem, tidak ada teori—baik kiri maupun kanan—yang dapat membawa perdamaian dan kebahagiaan bagi manusia. Apabila terdapat cinta, tidak ada kemilikan, tidak ada irihati; yang ada adalah pengampunan dan welas asih, bukan dalam teori, melainkan secara aktual—terhadap istri Anda dan anak-anak Anda, terhadap tetangga Anda dan pelayan Anda. ... Hanya cinta yang dapat menghasilkan pengampunan dan keindahan, ketertiban dan kedamaian. Terdapat cinta beserta berkahnya apabila ”Anda” berakhir.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, April 10, 2012

Kita Telah Membuat Seks Menjadi Masalah

Mengapa semua yang kita sentuh menjadi masalah? ... Mengapa seks menjadi masalah? Mengapa kita menerima hidup dengan masalah; mengapa kita tidak mengakhiri semua masalah? Mengapa kita tidak mati terhadap masalah-masalah kita, alih-alih mendukungnya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun? Jelas, seks adalah masalah yang relevan, yang akan saya jawab sebentar lagi, tetapi ada pertanyaan yang utama: mengapa kita membuat hidup menjadi masalah? Bekerja, seks, mencari uang, berpikir, merasa, mengalami, seluruh kegiatan hidup, bukan?--mengapa itu menjadi masalah? Bukankah pada dasarnya karena kita selalu berpikir dari sudut pandang tertentu, dari sudut pandang yang terpaku? Kita selalu berpikir dari sebuah pusat menuju ke tepi, tetapi tepi itu adalah pusat bagi kebanyakan kita, dan dengan demikian apa pun yang kita sentuh adalah dangkal. Tetapi hidup bukanlah dangkal; ia menuntut hidup sepenuhnya, dan oleh karena kita hidup hanya secara dangkal, kita hanya tahu reaksi secara dangkal. Apa pun yang kita lakukan di tepi mau tidak mau menimbulkan masalah, dan itulah kehidupan kita—kita hidup secara dangkal dan kita puas hidup di situ dengan segala masalah yang dangkal. Jadi, masalah timbul selama kita hidup secara dangkal, di tepi—tepi itu adalah sang ”aku” dengan rasa-rasa tubuhnya, yang dapat dieksternalisasikan atau dijadikan subyektif, yang dapat diidentifikasikan dengan alam semesta, dengan negara, atau dengan sesuatu lain yang dibentuk oleh pikiran. Jadi, selama kita hidup di dalam lingkup pikiran selalu akan ada komplikasi, selalu akan ada masalah; dan itulah semua yang kita tahu.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, April 9, 2012

Pelarian Yang Terakhir

Apakah yang kita maksud dengan masalah seks? Apakah tindakan seks, ataukah pikiran tentang seks? Jelas, bukan tindakan. Tindakan seksual bukan masalah bagi Anda, sama seperti makan bukan masalah, tetapi jika Anda memikirkan tentang makanan atau lainnya sepanjang hari oleh karena tidak ada lagi yang Anda pikirkan, itu akan menjadi masalah bagi Anda. ... Mengapa Anda membangunnya, yang jelas Anda lakukan? Bioskop, majalah, cerita, cara kaum wanita berdandan, semuanya membangun pikiran tentang seks dalam diri Anda. Mengapa batin membangunnya, mengapa batin memikirkan tentang seks sama sekali? Mengapa, bapak-bapak dan ibu-ibu? Ini adalah masalah Anda. Mengapa? Mengapa ini menjadi masalah pokok dalam hidup Anda? Sementara ada banyak hal menuntut perhatian Anda, Anda memperhatikan sepenuhnya pikiran-pikiran tentang seks. Apa yang terjadi, mengapa batin Anda disibukkan dengan itu? Oleh karena itu adalah cara pelarian yang terakhir, bukan? Itu adalah cara untuk melupakan diri sepenuhnya. Segala sesuatu yang Anda lakukan di dalam hidup menekankan sang ”aku”, diri. BIsnis Anda, agama Anda, tuhan Anda, pemimpin Anda, tindakan politis dan ekonomis Anda, pelarian Anda, kegiatan sosial Anda, pilihan Anda atas partai ini dan tolakan Anda atas partai itu—semua itu menekankan dan memperkuat sang ”aku”. ... Bila hanya ada satu hal dalam hidup Anda yang memberi jalan untuk pelarian terakhir, untuk melupakan diri sepenuhnya sekalipun hanya untuk beberapa detik, Anda melekat kepadanya oleh karena itu adalah satu-satunya saat ketika Anda berbahagia. ...

Jadi, seks menjadi masalah yang luar biasa sulit dan rumit selama Anda tidak memahami batin yang memikirkan masalah itu.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, April 8, 2012

Seks

Seks adalah masalah oleh karena tampaknya di dalam tindakan itu diri tidak ada sama sekali. Pada saat itu Anda berbahagia, oleh karena berakhirnya kesadaran-diri, berakhirnya sang ”aku”. Dan menginginkan itu lebih banyak lagi—lebih banyak pengingkaran diri yang di situ terdapat kebahagiaan sempurna, tanpa masa lampau atau masa depan—menuntut kebagiaan sempurna itu melalui penyatuan penuh, integrasi, dengan sendirinya menjadi mahapenting. Bukankah begitu? Oleh karena seks adalah sesuatu yang memberi saya sukacita tanpa cacad, melupakan diri secara sempurna, maka saya menginginkannya lebih banyak lagi. Nah, mengapa saya menginginkannya lebih banyak lagi? Oleh karena di dalam segala keadaan yang lain saya berada dalam konflik; di mana-mana, pada segala tingkat eksistensi, terdapat penguatan diri. Di bidang ekonomi, sosial, agama, terdapat penebalan kesadaran-diri terus-menerus, yang adalah konflik. Bagaimana pun juga, Anda sadar-diri hanya bila terdapat konflik. Kesadaran-diri pada hakekatnya adalah hasil dari konflik. ...

Jadi, masalahnya bukanlah seks, jelas, melainkan bagaimana bisa bebas dari diri. Anda telah mencicipi keberadaan yang di situ diri tidak ada, sekalipun hanya beberapa detik, sekalipun hanya sehari, entah berapa lama pun; dan bila diri ada, terdapat konflik, terdapat kesengsaraan, terdapat pergulatan. Jadi, terdapat dambaan terus-menerus akan lebih banyak lagi keadaan yang bebas-diri itu.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, April 7, 2012

Mati Terhadap Hal-Hal Remeh

Pernahkah Anda mencoba mati terhadap suatu kenikmatan secara suka rela, bukan dipaksa? Biasanya Anda tidak mau mati; maut datang dan mencabut nyawa Anda; itu bukan tindakan suka rela, kecuali dalam bunuh diri. Tetapi pernahkah Anda mati secara suka rela, dengan mudah, menghayati perasaan melepaskan kenikmatan? Jelas tidak! Pada saat ini, idealisme Anda, berbagai kenikmatan Anda, ambisi Anda adalah hal-hal yang Anda anggap penting. Kehidupan adalah penghayatan, kelimpahan, kepenuhan, pelepasan, bukan rasa ”aku” yang merasa penting. Itu sekadar pemikiran intelektual. Jika Anda bereksperimen dengan mati terhadap hal-hal yang remeh—itu sudah bagus. Mati terhadap kenikmatan-kenikmatan remeh—dengan mudah, dengan nyaman, dengan seulas senyum—sudah cukup, karena dengan begitu Anda akan melihat bahwa batin Anda juga mampu untuk mati terhadap banyak hal, mati terhadap semua ingatan. Mesin telah mengambil-alih fungsi ingatan—komputer—tetapi batin manusia adalah lebih besar daripada sekadar kebiasaan mekanis dari asosiasi dan ingatan. Tetapi ia tidak bisa menjadi sesuatu yang lebih besar itu jika ia tidak mati terhadap segala sesuatu yang diketahuinya.

Nah, untuk melihat kebenaran semua ini, perlu suatu batin yang muda, batin yang tidak sekadar berfungsi di dalam lingkup waktu. Batin yang muda mati terhadap segala sesuatu. Dapatkah Anda melihat kebenaran hal itu secara langsung, merasakan kebenarannya dengan seketika? Anda mungkin tidak melihat makna luar biasa dari hal itu dalam keseluruhannya, kehalusannya yang amat dalam, keindahannya dalam mati, kekayaannya; tetapi bahkan menyimaknya saja akan menebarkan benih, dan makna kata-kata ini akan berakar—bukan saja pada lapisan dangkal yang sadar, melainkan merambah ke segenap bawah-sadar.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, April 6, 2012

Reaksi yang Sehat dan Normal

... Saya harus menemukan, mengapa keinginan mempunyai pengaruh begitu besar dalam kehidupan saya. Itu mungkin benar, mungkin pula tidak benar. Saya harus menemukannya. Saya melihatnya. Keinginan muncul, yang adalah reaksi, yang adalah reaksi yang sehat dan normal; kalau tidak, saya mati. Saya melihat sesuatu yang indah, dan saya berkata, „Ya Tuhan, saya ingin memilikinya.“ Kalau tidak, saya mati. Tetapi di dalam pengejaran yang terus-menerus, terdapat kepedihan. Itulah masalah saya—terdapat kepedihan dan juga kenikmatan. Saya melihat seorang perempuan cantik, ia cantik; adalah suatu absurditas untuk mengatakan, „Dia tak cantik.“ Itu adalah fakta. Tetapi apakah yang memberi kelangsungan kepada kenikmatan? Jelas pikiran, memikirkannya. ...

Saya memikirkan itu. Itu bukan lagi berhubungan langsung dengan obyek itu, yang adalah keinginan, tetapi pikiran sekarang menambah keinginan dengan memikirkannya, dengan memiliki gambaran, potret, gagasan. ...

Pikiran masuk dan berkata, „Silakan, Anda harus memilikinya; itu kemajuan; itu penting; itui tak penting; ini sangat penting bagi hidup Anda; ini tak penting bagi hidup Anda.“ Tetapi saya dapat memandangnya, dan mempunyai keinginan, dan semuanya berakhir di situ, tanpa pikiran menyela masuk.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, April 5, 2012

Mengapa Kita Tidak Boleh Memiliki Kenikmatan ?

Anda melihat matahari terbenam yang indah, sebatang pohon yang bagus, sebuah sungai yang alirannya membelok lebar, atau suatu wajah yang cantik, dan memandang semua itu memberikan kenikmatan dan sukacita yang besar. Apa salahnya itu? Saya rasa, kekacauan dan kesengsaraan muncul ketika wajah itu, sungai itu, awan itu, gunung itu menjadi suatu ingatan, dan ingatan ini lalu menuntut kelangsungan kenikmatan itu lebih jauh; kita ingin mengulangi hal-hal seperti itu. Kita semua tahu itu. Saya pernah mengalami suatu kenikmatan, atau Anda pernah bersukacita tentang sesuatu, dan kita ingin itu berulang kembali. Entah itu seksual, artistik, intelektual, atau lainnya lagi, kita ingin itu berulang kembali—dan saya rasa di situlah kenikmatan mulai mengaburkan pikiran dan menciptakan nilai-nilai yang palsu, bukan aktual.

Yang penting adalah memahami kenikmatan, bukan mencoba membuang kenikmatan—itu sangat bodoh. Tidak seorang pun dapat membuang kenikmatan. Tetapi memahami hakekat dan struktur kenikmatan adalah penting; karena jika kehidupan ini semata-mata kenikmatan, dan jika itu yang kita inginkan, maka bersama kenikmatan datang pula kesengsaraan, kekacauan, ilusi, nilai-nilai palsu yang kita ciptakan, dan oleh karena itu tidak terdapat kejernihan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, April 4, 2012

Kualitas Keinginan

... Apa yang terjadi jika Anda tidak menyalahkan keinginan, tidak menghakiminya sebagai baik atau buruk, melainkan sekadar menyadarinya? Saya ingin tahu, apakah Anda tahu apa artinya menyadari sesuatu? Kebanyakan dari kita tidak sadar oleh karena kita begitu terbiasa menyalahkan, menghakimi, menilai, mengidentifikasikan, memilih. Pemilihan jelas menghalangi keadaan-sadar, oleh karena pemilihan selalu dibuat sebagai akibat dari konflik. Berada dalam keadaan-sadar ketika memasuki suatu ruangan, melihat semua perabot, adanya atau tidak adanya permadani, dan sebagainya—sekadar melihatnya, menyadari semuanya tanpa sedikit pun menghakimi—adalah sangat sukar. Pernahkah Anda mencoba memandang seseorang, sekuntum bunga, suatu gagasan, suatu emosi, tanpa pemilihan apa-apa, tanpa penghakiman apa-apa?

Dan jika kita melakukan hal yang sama terhadap keinginan, jika kita hidup bersamanya—bukan mengingkarinya atau berkata, ”Apa yang harus saya lakukan dengan keinginan ini? Itu begitu buruk, begitu merajalela, begitu penuh kekerasan,” tanpa memberinya suatu nama, suatu simbol, tidak menutupinya dengan suatu kata—maka, apakah keinginan itu masih menjadi sebab kekacauan? Apakah lalu keinginan itu sesuatu yang perlu disingkirkan, dimusnahkan? Kita ingin memusnahkannya karena satu keinginan mengoyak keinginan lain, menciptakan konflik, kesengsaraan, dan kontradiksi; dan kita dapat melihat betapa kita mencoba melepaskan diri dari konflik yang abadi ini. Jadi dapatkah kita menyadari keseluruhan keinginan? Yang saya maksud dengan keseluruhan adalah bukan hanya satu keinginan atau banyak keinginan, melainkan seluruh kualitas keinginan itu sendiri.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, April 3, 2012

Keinginan Harus Dipahami

Marilah kita melanjutkan dengan membahas keinginan. Kita mengenal keinginan, bukan; keinginan yang saling bertentangan, yang menyiksa, yang menarik ke arah yang berlainan; kesakitan, susah payah, kecemasan dari keinginan, dan pendisiplinan, pengendalian. Dan dalam pergulatan abadi melawan keinginan kita telah memiuhkannya sehingga tak kita kenali lagi; tetapi ia selalu ada, terus-menerus mengamati, menunggu, mendorong. Apa pun yang Anda lakukan, mensublimasikannya, lari darinya, mengingkarinya atau menerimanya, membiarkannya merajalela—ia selalu ada. Dan kita tahu bagaimana guru-guru agama dan yang lainnya berkata bahwa kita harus tanpa-keinginan, mengembangkan pelepasan, dan bebas dari keinginan—yang sesungguhnya absurd, oleh karena keinginan harus dipahami, bukan dimusnahkan. Jika Anda memusnahkan keinginan, Anda mungkin memusnahkan kehidupan itu sendiri. Jika Anda menyimpangkan keinginan, membentuknya, mengendalikannya, menguasainya, menekannya, Anda mungkin memusnahkan sesuatu yang luar biasa indah.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, April 2, 2012

Memahami Keinginan

Kita harus memahami keinginan; dan sukar sekali memahami sesuatu yang begitu penting, begitu menuntut, begitu urgen, oleh karena pemenuhan keinginan ini sendiri melibatkan gairah, dengan segala kenikmatan dan kesakitannya. Dan jika kita mau memahami keinginan, jelas tidak boleh ada pilihan. Anda tidak dapat menghakimi keinginan sebagai baik atau buruk, luhur atau rendah, atau berkata, ”Saya akan mempertahankan keinginan ini dan menolak keinginan itu.” Semua itu harus dikesampingkan jika kita ingin menemukan hakikat keinginan—keindahannya, keburukannya, atau apa pun juga.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, April 1, 2012

Hanya Ada Keinginan

Tidak ada entitas yang terpisah dari keinginan; yang ada hanyalah keinginan, tidak ada diri yang ingin. Keinginan mengenakan berbagai topeng pada berbagai waktu, tergantung dari minatnya. Ingatan akan berbagai minat ini bertemu dengan apa yang baru, yang menghasilkan konflik, lalu lahirlah si pemilih, menegakkan dirinya sebagai entitas yang terpisah dan berbeda dari keinginan. Tetapi entitas itu tidak berbeda dari kualitas-kualitasnya. Entitas yang mencoba mengisi atau melarikan diri dari kehampaan, ketaktuntasan, kesepian, tidak berbeda dari apa yang ingin dihindarinya: dia adalah sifatnya. Ia tidak bisa lari dari dirinya sendiri; yang dapat dilakukannya adalah memahami dirinya sendiri. Ia adalah kesepiannya, kehampaannya; dan selama ia menganggapnya berada terpisah dari dirinya, ia berada dalam ilusi dan konflik tak berkeputusan. Bila ia mengalami langsung bahwa dirinya adalah kesepiannya, barulah mungkin terdapat kebebasan dari ketakutan. Ketakutan hanya ada dalam kaitan dengan sebuah gagasan, dan gagasan adalah response ingatan sebagai pikiran. Pikiran adalah hasil dari pengalaman; dan sekalipun ia bisa merenungkan kehampaan, mengalami perasaan tentang kehampaan, ia tidak bisa mengetahui kehampaan secara langsung. Kata ‘kesepian’, dengan ingatannya akan kepedihan dan ketakutan, menghalangi kita untuk mengalaminya secara baru. Kata adalah ingatan, dan kata tidak lagi bermakna, maka hubungan antara orang yang mengalami dan apa yang dialami menjadi lain sama sekali; maka hubungan itu adalah langsung, bukan melalui sebuah kata, melalui ingatan; maka orang yang mengalami adalah pengalamannya, dan hanya itu yang menghasilkan kebebasan dari ketakutan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti