Batin yang bergairah meraba, mencari, menerobos, tidak menerima tradisi apa pun; ia bukan batin yang mempunyai ketetapan, bukan batin yang telah sampai, melainkan batin muda yang terus-menerus sampai.
Nah, bagaimanakah batin seperti itu muncul? Itu harus terjadi. Jelas, batin yang remeh tidak bisa melakukannya. Sebuah batin remeh yang mencoba menjadi bergairah hanya akan memerosotkan segala sesuatu ke dalam keremehannya sendiri. Itu harus terjadi, dan itu hanya akan terjadi apabila batin melihat keremehannya sendiri, namun tidak mencoba berbuat apa-apa terhadap keremehan itu. Apakah saya jelas? Mungkin tidak. Tetapi, seperti saya katakan tadi, setiap batin yang terbatas, betapa pun inginnya, masih tetap remeh; itu jelas. Batin yang kerdil, sekalipun ia mampu pergi ke bulan, sekalipun ia bisa memperoleh suatu teknik, sekalipun ia bisa berdebat dan membela diri dengan cerdik, adalah tetap batin yang kerdil. Jadi, bila batin yang kerdil bertanya, ”Saya harus bergairah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat,” jelas gairahnya sangat remeh, bukan?—seperti marah-marah tentang suatu ketidakadilan yang remeh, atau mengira seluruh dunia ini akan berubah berkat pembaruan-pembaruan kecil dan remeh yang dilakukan di sebuah desa kecil yang angkuh oleh suatu batin yang kerdil dan angkuh pula. Jika batin yang kerdil itu melihat semua itu, maka persepsi bahwa dirinya kerdil itu sendiri cukup, maka seluruh kegiatannya mengalami perubahan.
The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti