Seks adalah masalah oleh karena tampaknya di dalam tindakan itu diri tidak ada sama sekali. Pada saat itu Anda berbahagia, oleh karena berakhirnya kesadaran-diri, berakhirnya sang ”aku”. Dan menginginkan itu lebih banyak lagi—lebih banyak pengingkaran diri yang di situ terdapat kebahagiaan sempurna, tanpa masa lampau atau masa depan—menuntut kebagiaan sempurna itu melalui penyatuan penuh, integrasi, dengan sendirinya menjadi mahapenting. Bukankah begitu? Oleh karena seks adalah sesuatu yang memberi saya sukacita tanpa cacad, melupakan diri secara sempurna, maka saya menginginkannya lebih banyak lagi. Nah, mengapa saya menginginkannya lebih banyak lagi? Oleh karena di dalam segala keadaan yang lain saya berada dalam konflik; di mana-mana, pada segala tingkat eksistensi, terdapat penguatan diri. Di bidang ekonomi, sosial, agama, terdapat penebalan kesadaran-diri terus-menerus, yang adalah konflik. Bagaimana pun juga, Anda sadar-diri hanya bila terdapat konflik. Kesadaran-diri pada hakekatnya adalah hasil dari konflik. ...
Jadi, masalahnya bukanlah seks, jelas, melainkan bagaimana bisa bebas dari diri. Anda telah mencicipi keberadaan yang di situ diri tidak ada, sekalipun hanya beberapa detik, sekalipun hanya sehari, entah berapa lama pun; dan bila diri ada, terdapat konflik, terdapat kesengsaraan, terdapat pergulatan. Jadi, terdapat dambaan terus-menerus akan lebih banyak lagi keadaan yang bebas-diri itu.
The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti