Mengapa semua yang kita sentuh menjadi masalah? ... Mengapa seks menjadi masalah? Mengapa kita menerima hidup dengan masalah; mengapa kita tidak mengakhiri semua masalah? Mengapa kita tidak mati terhadap masalah-masalah kita, alih-alih mendukungnya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun? Jelas, seks adalah masalah yang relevan, yang akan saya jawab sebentar lagi, tetapi ada pertanyaan yang utama: mengapa kita membuat hidup menjadi masalah? Bekerja, seks, mencari uang, berpikir, merasa, mengalami, seluruh kegiatan hidup, bukan?--mengapa itu menjadi masalah? Bukankah pada dasarnya karena kita selalu berpikir dari sudut pandang tertentu, dari sudut pandang yang terpaku? Kita selalu berpikir dari sebuah pusat menuju ke tepi, tetapi tepi itu adalah pusat bagi kebanyakan kita, dan dengan demikian apa pun yang kita sentuh adalah dangkal. Tetapi hidup bukanlah dangkal; ia menuntut hidup sepenuhnya, dan oleh karena kita hidup hanya secara dangkal, kita hanya tahu reaksi secara dangkal. Apa pun yang kita lakukan di tepi mau tidak mau menimbulkan masalah, dan itulah kehidupan kita—kita hidup secara dangkal dan kita puas hidup di situ dengan segala masalah yang dangkal. Jadi, masalah timbul selama kita hidup secara dangkal, di tepi—tepi itu adalah sang ”aku” dengan rasa-rasa tubuhnya, yang dapat dieksternalisasikan atau dijadikan subyektif, yang dapat diidentifikasikan dengan alam semesta, dengan negara, atau dengan sesuatu lain yang dibentuk oleh pikiran. Jadi, selama kita hidup di dalam lingkup pikiran selalu akan ada komplikasi, selalu akan ada masalah; dan itulah semua yang kita tahu.
The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti