Pernahkah Anda mencoba mati terhadap suatu kenikmatan secara suka rela, bukan dipaksa? Biasanya Anda tidak mau mati; maut datang dan mencabut nyawa Anda; itu bukan tindakan suka rela, kecuali dalam bunuh diri. Tetapi pernahkah Anda mati secara suka rela, dengan mudah, menghayati perasaan melepaskan kenikmatan? Jelas tidak! Pada saat ini, idealisme Anda, berbagai kenikmatan Anda, ambisi Anda adalah hal-hal yang Anda anggap penting. Kehidupan adalah penghayatan, kelimpahan, kepenuhan, pelepasan, bukan rasa ”aku” yang merasa penting. Itu sekadar pemikiran intelektual. Jika Anda bereksperimen dengan mati terhadap hal-hal yang remeh—itu sudah bagus. Mati terhadap kenikmatan-kenikmatan remeh—dengan mudah, dengan nyaman, dengan seulas senyum—sudah cukup, karena dengan begitu Anda akan melihat bahwa batin Anda juga mampu untuk mati terhadap banyak hal, mati terhadap semua ingatan. Mesin telah mengambil-alih fungsi ingatan—komputer—tetapi batin manusia adalah lebih besar daripada sekadar kebiasaan mekanis dari asosiasi dan ingatan. Tetapi ia tidak bisa menjadi sesuatu yang lebih besar itu jika ia tidak mati terhadap segala sesuatu yang diketahuinya.
Nah, untuk melihat kebenaran semua ini, perlu suatu batin yang muda, batin yang tidak sekadar berfungsi di dalam lingkup waktu. Batin yang muda mati terhadap segala sesuatu. Dapatkah Anda melihat kebenaran hal itu secara langsung, merasakan kebenarannya dengan seketika? Anda mungkin tidak melihat makna luar biasa dari hal itu dalam keseluruhannya, kehalusannya yang amat dalam, keindahannya dalam mati, kekayaannya; tetapi bahkan menyimaknya saja akan menebarkan benih, dan makna kata-kata ini akan berakar—bukan saja pada lapisan dangkal yang sadar, melainkan merambah ke segenap bawah-sadar.
The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti