Saturday, March 31, 2012

Akar Segala Ketakutan

Keinginan untuk menjadi [sesuatu] menyebabkan ketakutan; menjadi, mencapai, dan dengan demikian bergantung, menghasilkan ketakutan. Keadaan tak-takut bukanlah suatu negasi; itu bukan lawan dari ketakutan, bukan pula keberanian. Di dalam pemahaman akan sebab ketakutan, terdapat akhir dari ketakutan, bukan menjadi berani, oleh karena di dalam proses menjadi terdapat benih ketakutan. Kebergantungan kepada benda-benda, kepada orang atau kepada gagasan menumbuhkan ketakutan; kebergantungan muncul dari ketaktahuan, dari tidak adanya pengetahuan-diri, dari kemiskinan batiniah; ketakutan menyebabkan ketakpastian dari pikiran-hati, menghalangi komunikasi dan pemahaman. Melalui kesadaran-diri kita mulai menemukan dan dengan demikian memahami sebab dari ketakutan; bukan hanya yang dangkal, tetapi juga ketakutan yang kausal, dalam dan akumulatif. Ketakutan kita warisi dan kita dapat; ia berkaitan dengan masa lampau, dan untuk membebaskan pikiran-perasaan darinya, masa lampau harus dipahami melalui masa kini. Masa lampau terus-menerus ingin melahirkan masa kini, yang menjadi ingatan “aku”, “milikku”, “diri”, yang memberi identitas. Diri inilah akar dari segala ketakutan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, March 30, 2012

Bagaimana Saya Memandang Marah ?

Jelas, saya memandangnya sebagai seorang pengamat yang marah. Saya berkata, “Saya marah.” Pada saat marah, tidak ada ‘aku’; sang ‘aku’ muncul sesaat kemudian—yang berarti waktu. Dapatkah saya memandang fakta itu tanpa faktor waktu, yang adalah pikiran, yang adalah kata? Ini terjadi bila orang memandang tanpa si pengamat. Lihat ke mana itu menuntun saya. Sekarang saya mulai melihat suatu cara memandang—melihat tanpa opini, tanpa kesimpulan, tanpa menyalahkan, tanpa menghakimi. Maka, saya melihat kemungkinan “melihat” tanpa pikiran, yang adalah kata. Maka batin berada di luar cengkeraman gagasan, konflik dualitas dan seterusnya. Jadi, dapatkah saya memandang rasa takut bukan sebagai fakta terisolasi?

Jika anda mengisolasikan suatu fakta yang belum membuka pintu kepada segenap alam batin, marilah kita kembali kepada fakta dan mulai lagi dengan mengambil fakta lain, sehingga Anda sendiri dapat mulai melihat keadaan batin yang luar biasa, sehingga Anda memiliki kunci, Anda dapat membuka pintu, anda dapat menembus ke dalamnya. ...

... Dengan merenungkan satu ketakutan—takut akan kematian, takut akan tetangga, takut bahwa teman hidup Anda akan mendominasi Anda; Anda tahu masalah dominasi itu—apakah itu akan membuka pintu? Itulah yang penting—bukan bagaimana untuk bebas dari itu—oleh karena begitu Anda membuka pintu, ketakutan itu terhapus sama sekali. Batin adalah hasil dari waktu, dan waktu adalah kata—betapa luar biasa memikirkan itu! Waktu adalah pikiran; pikiranlah yang menumbuhkan ketakutan, pikiranlah yang menumbuhkan ketakutan akan kematian; dan waktulah, yang adalah pikiran, yang menggenggam seluruh liku-liku dan kehalusan ketakutan.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, March 29, 2012

Kekacauan yang Diciptakan oleh Waktu

Waktu berarti bergerak dari apa adanya menuju “apa seharusnya”. Saya sekarang takut, dan suatu hari kelak saya akan bebas dari ketakutan; oleh karena itu, diperlukan waktu untuk bebas dari ketakutan—setidak-tidaknya begitulah pikiran kita. Untuk berubah dari apa adanya menjadi “apa seharusnya” dibutuhkan waktu. Nah, waktu menyiratkan adanya upaya di dalam selang waktu antara apa adanya dan “apa seharusnya”. Saya tidak suka ketakutan, dan saya akan berupaya memahami, menganalisis, membedahnya, atau saya akan menemukan akar penyebabnya, atau saya akan melarikan diri sama sekali darinya. Semua ini menyiratkan upaya—dan upaya adalah apa yang kita kenal. Kita selalu berada dalam konflik antara apa adanya dengan “apa seharusnya”. “Apa seharusnya” adalah suatu gagasan, dan gagasan itu khayal, itu bukan ‘apa adanya diri saya’, yang adalah fakta. Dan “apa adanya diri saya” hanya dapat diubah apabila saya memahami kekacauan yang diciptakan oleh waktu.

.... Jadi, mungkinkah bagi saya untuk bebas dari ketakutan sama sekali, sepenuhnya, seketika? Jika saya biarkan ketakutan berlanjut, saya akan menciptakan kekacauan selamanya. Oleh karena itu, kita melihat bahwa waktu adalah suatu unsur di dalam kekacauan, bukan cara untuk pada akhirnya bebas dari ketakutan. Jadi, tidak ada proses berangsur-angsur untuk bebas dari ketakutan, persis seperti tidak ada proses berangsur-angsur untuk bebas dari racun nasionalisme. Jika Anda memiliki nasionalisme dan Anda berkata pada akhirnya akan ada persaudaraan sesama manusia, di dalam selang waktu itu akan ada perang, ada kebencian, ada kesengsaraan, ada perpecahan yang mengerikan di antara sesama manusia ini; oleh karena itu, waktu menciptakan kekacauan.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, March 28, 2012

Ketakutan Adalah Tidak Menerima Apa Adanya

Ketakutan menggunakan berbagai cara pelarian. Cara yang paling umum adalah pengidentifikasian, bukan?—pengidentifikasian dengan negara, dengan masyarakat, dengan suatu gagasan. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana respons Anda ketika Anda melihat suatu arak-arakan: arak-arakan militer atau arak-arakan keagamaan, atau apabila negara terancam serangan dari luar? Anda lalu mengidentifikasikan diri Anda dengan negara, dengan suatu makhluk, dengan suatu ideologi. Ada pula saat-saat ketika Anda mengidentifikasikan diri Anda dengan anak-anak Anda, dengan istri Anda, dengan suatu bentuk tindakan tertentu, atau penolakan bertindak tertentu. Pengidentifikasian adalah proses melupakan-diri. Selama saya sadar akan sang “aku”, saya tahu ada kesakitan, ada pergulatan, ada ketakutan terus-menerus. Tetapi jika saya dapat mengidentifikasikan diri saya dengan sesuatu yang lebih besar, dengan sesuatu yang bermanfaat, dengan keindahan, dengan kehidupan, dengan kebenaran, dengan kepercayaan, dengan pengetahuan, setidak-tidaknya untuk sementara, maka terdapat pelarian dari sang “aku”, bukan? Jika saya bicara tentang “negaraku”, saya lupa akan diri saya untuk sementara waktu, bukan? Jika saya bisa bicara tentang Tuhan, saya lupa akan diri saya. Jika saya mengidentifikasikan diri saya dengan keluarga saya, dengan sebuah kelompok, dengan sebuah partai tertentu, dengan sebuah ideologi tertentu, maka terdapat pelarian sementara.

Tahukah kita sekarang, apa ketakutan itu? Bukankah itu berarti tidak menerima apa adanya? Kita harus memahami kata ‘menerima’. Saya tidak menggunakan kata itu dalam arti suatu upaya untuk menerima. Tidak ada masalah menerima bila saya melihat apa adanya. Bila saya tidak melihat dengan jelas apa adanya, maka saya memasukkan proses menerima. Oleh karena itu, ketakutan adalah tidak menerima apa adanya.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, March 27, 2012

Kontak dengan Ketakutan

Terdapat ketakutan fisik. Jika Anda melihat seekor ular, seekor binatang buas, secara instinktif terdapat ketakutan; itu adalah ketakutan yang normal, sehat dan alamiah. Itu bukan ketakutan, itu keinginan untuk melindungi diri—itu normal. Tetapi perlindungan-diri secara psikologis—yakni keinginan untuk selalu merasa pasti—menumbuhkan ketakutan. Suatu batin yang selalu berupaya untuk selalu merasa pasti adalah batin yang mati, oleh karena tidak ada kepastian dalam hidup, tidak ada keabadian. .... Bila Anda langsung berhadapan dengan ketakutan, terdapat respons dari susunan syaraf, dan sebagainya. Lalu, bila batin tidak lagi melarikan diri melalui kata-kata atau melalui aktivitas apa pun, tidak ada pembagian antara si pengamat dan ketakutan sebagai yang diamati. Hanyalah batin yang melarikan diri akan memisahkan diri dari ketakutan. Tetapi bila ada kontak langsung dengan ketakutan, tidak ada si pengamat, tidak ada entitas yang berkata, “Saya takut.” Jadi, pada saat Anda berhadapan langsung dengan kehidupan, dengan apa pun, tidak ada pembagian—pembagian inilah yang menumbuhkan kompetisi, ambisi, ketakutan.

Jadi, yang penting bukanlah “bagaimana cara untuk bebas dari ketakutan.” Jika Anda mencari suatu cara, suatu metode, suatu sistem untuk melenyapkan ketakutan, Anda akan selamanya terperangkap dalam ketakutan. Tetapi jika Anda memahami ketakutan—yang hanya dapat terjadi bila Anda berhadapan langsung dengannya, seperti Anda berhadapan langsung dengan rasa lapar, seperti Anda berhadapan langsung dengan ancaman kehilangan pekerjaan Anda—maka Anda melakukan sesuatu; hanya dengan itu Anda akan mendapati bahwa semua ketakutan berakhir—saya maksudkan semua ketakutan, bukan ketakutan ini atau itu.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, March 25, 2012

Ketakutan Membuat Kita Taat

Mengapa kita melakukan semua ini—taat, menurut, meniru? Mengapa? Oleh karena di dalam batin kita takut merasa tidak pasti. Kita ingin merasa pasti—kita ingin merasa pasti secara finansial, kita ingin merasa pasti secara moral—kita ingin disetujui, kita ingin kedudukan yang aman, kita tidak ingin menghadapi kesulitan, kesakitan, penderitaan, kita ingin dipagari. Jadi, ketakutan, disadari atau tidak, membuat kita menaati apa kata Guru, pemimpin, rohaniwan, pemerintah. Ketakutan juga mencegah kita melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat, oleh karena kita akan dihukum. Jadi di balik semua tindakan ini, keserakahan, usaha ini, menyelinap keinginan akan kepastian, keinginan akan jaminan. Jadi, tanpa memecahkan ketakutan, tanpa bebas dari ketakutan, sekadar menaati atau ditaati tidak punya banyak makna; yang bermakna adalah memahami ketakutan ini dari hari ke hari, dan bagaimana ketakutan menampakkan dirinya dengan cara berbeda-beda. Hanya bila ada kebebasan dari ketakutan, akan ada sifat batin yang memahami, ada kesendirian yang di situ tidak terdapat penimbunan pengetahuan atau pengalaman, dan hanya itu yang memberikan kejelasan luar biasa dalam mencari yang nyata.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, March 24, 2012

Pintu Menuju Pemahaman

Anda tidak dapat melenyapkan ketakutan tanpa pemahaman, tanpa sungguh-sungguh melihat seluk-beluk waktu, yang berarti pikiran, yang berarti kata-kata. Dari situ muncul pertanyaan: adakah pikiran tanpa kata-kata, adakah proses berpikir tanpa kata-kata yang adalah ingatan? Tuan, tanpa melihat seluk-beluk batin, gerakan batin, proses mengenal-diri, maka sekadar berkata saya harus bebas darinya tidak punya banyak arti. Anda harus menggarap ketakutan dalam konteks seluruh batin. Untuk melihatnya, untuk menyelami semua ini, Anda perlu energi. Energi tidak datang dari makan—itu bagian dari kebutuhan fisik. Tetapi melihat, dalam arti kata yang saya gunakan, membutuhkan energi yang amat besar; dan energi itu dihamburkan bila Anda bergulat dengan kata-kata, bila anda melawan, mengutuk, bila Anda penuh opini yang mencegah Anda dari memandang, melihat—energi Anda habis di situ. Maka di dalam mempertimbangkan persepsi ini, penglihatan ini, Anda membuka pintu lagi.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, March 23, 2012

Menggarap Ketakutan

Kita takut akan opini masyarakat, takut akan tidak sukses, tidak mencapai, takut tidak memperoleh kesempatan; dan melalui semua itu terdapat rasa bersalah yang luar biasa ini—kita telah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan; rasa bersalah dalam berbuat itu sendiri; kita sehat sedangkan orang lain miskin dan tidak sehat; kita punya makanan dan orang lain tidak punya makanan. Makin banyak pikiran ini menyelidik, menembus, bertanya, makin besar pula rasa bersalah dan kecemasan. .... Ketakutan adalah dorongan yang mencari seorang Master, seorang guru; ketakutan adalah polesan keterhormatan, yang sangat disenangi setiap orang—menjadi terhormat. Apakah Anda bertekad untuk berani menghadapi berbagai peristiwa dalam kehidupan, atukah sekadar mereka-reka untuk mengenyahkan ketakutan, atau mencari penjelasan-penjelasan yang dapat memberikan kepuasan kepada batin yang terperangkap dalam ketakutan? Bagaimana Anda menggarapnya? Menyalakan radio, membaca buku, pergi ke tempat ibadah, melekat pada suatu bentuk dogma, kepercayaan?

Ketakutan adalah energi destruktif dalam diri manusia. Ia melayukan batin, mendistorsikan pikiran, menghasilkan segala macam teori yang luar biasa cerdik dan halus, takhyul, dogma dan kepercayaan yang absurd. Jika Anda melihat bahwa ketakutan bersifat destruktif, lalu bagaimana Anda akan mengelap batin Anda  menjadi bersih? Anda berkata bahwa dengan menggali sebab-musabab ketakutan Anda akan bebas dari ketakutan. Betulkah demikian? Mencoba mengungkap sebab dan memahami sebab ketakutan tidak melenyapkan ketakutan.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, March 22, 2012

Bebas dari Ketakutan

Mungkinkah bagi batin untuk mengosongkan dirinya sama sekali dari ketakutan? Ketakutan macam apa pun menghasilkan ilusi; ketakutan membuat batin tumpul, dangkal. Bila terdapat ketakutan, jelas tidak ada kebebasan, dan tanpa kebebasan tidak ada cinta sama sekali. Dan kebanyakan dari kita mempunyai salah satu bentuk ketakutan; takut akan kegelapan, takut akan opini masyarakat, takut akan ular, takut akan nyeri tubuh, takut akan hari tua, takut akan kematian. Kita punya lusinan ketakutan. Dan mungkinkah untuk bebas sama sekali dari ketakutan?

Kita bisa melihat apa yang dilakukan ketakutan terhadap masing-masing dari kita. Ketakutan membuat kita berbohong; ketakutan merusak kita dalam berbagai hal; ketakutan membuat batin tumpul, dangkal. Ada sudut-sudut gelap dalam batin yang tidak boleh diselidiki dan diungkapkan selama kita takut. Melindungi-diri secara fisik, dorongan instinktif untuk menjauh dari ular berbisa, untuk mundur dari tepi jurang, untuk mencegah agar tidak terpeleset di depan trem listrik,  dan sebagainya, adalah waras, normal, sehat. Tetapi saya mempertanyakan tentang melindungi-diri secara psikologis, yang membuat orang takut akan penyakit, akan kematian, akan musuh. Bila kita mencari pemenuhan dalam bentuk apa pun, entah dengan melukis, melalui musik, melalui hubungan, atau apa pun keinginan Anda, selalu ada ketakutan. Jadi, yang penting adalah sadar akan seluruh proses diri ini, mengamati, mempelajarinya, dan bukan bertanya bagaimana cara melenyapkan ketakutan. Bila Anda hanya sekadar ingin melenyapkan ketakutan, Anda akan menemukan cara-cara melarikan diri darinya, dan dengan demikian tidak pernah ada kebebasan dari ketakutan.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, March 21, 2012

Tidak Ada Hidup Sendiri

Kita ingin melarikan diri dari rasa kesepian kita, beserta ketakutannya yang mencekam, dengan demikian kita bergantung pada orang lain, kita memperkaya diri kita dengan teman-teman, dan seterusnya. Kita adalah penggerak utama, dan orang-orang lain menjadi pion dalam permainan kita; dan ketika pion berbalik dan menuntut sesuatu sebagai imbalan, kita kaget dan bersedih hati. Jika benteng kita sendiri kuat, tanpa suatu titik lemah pun, gempuran dari luar ini tidak banyak berdampak pada diri kita. Kecenderungan yang khas pada usia yang menua harus dipahami dan diluruskan selagi kita masih mampu mengamati dan mengkaji diri kita sendiri secara terlepas dan toleran; berbagai ketakutan kita harus diamati dan dipahami sekarang. Energi kita harus diarahkan, bukan saja kepada pemahaman tekanan dan tuntutan keluar yang menjadi tanggung jawab kita, tetapi juga pemahaman diri kita sendiri, pemahaman rasa kesepian kita, ketakutan kita, tuntutan kita dan kerapuhan kita.

Tidak ada hidup sendiri, karena semua kehidupan adalah hubungan; tetapi untuk mampu hidup tanpa hubungan langsung menuntut kecerdasan tinggi, suatu kesadaran yang lebih cepat dan lebih besar untuk dapat menemukan diri. Suatu keberadaan “sendiri”, tanpa kesadaran yang tajam dan mengalir ini, akan memperkuat berbagai kecenderungan yang telah dominan, sehingga dengan demikian menyebabkan ketidakseimbangan, distorsi. Sekaranglah kita harus sadar akan kebiasaan yang menetap dan khas dari pikiran-perasaan yang datang dengan usia tua, dan dengan menyadarinya akan menghapuskannya. Hanya kekayaan batiniah yang membawa kedamaian dan sukacita.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, March 20, 2012

Anda dan Sayalah Masalahnya, Bukan Dunia

Dunia bukanlah sesuatu yang terpisah dari Anda dan saya; dunia, masyarakat adalah hubungan yang kita tegakkan atau kita upayakan tegak antara satu orang dengan yang lain. Jadi Anda dan saya adalah masalahnya, dan bukan dunia, oleh karena dunia adalah proyeksi diri kita sendiri, dan untuk memahami dunia, kita harus memahami diri sendiri. Dunia tidak terpisah dari kita; kita adalah dunia, dan masalah kita adalah masalah dunia.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, March 19, 2012

Berhubungan

Tanpa hubungan, tak ada eksistensi; eksis berarti berhubungan. ... Kebanyakan dari kita tampaknya tidak menyadari ini—bahwa dunia adalah hubungan saya dengan orang lain, satu atau banyak. Masalah saya adalah masalah hubungan. Apa adanya diri saya, itulah yang saya proyeksikan, dan jelas jika saya tidak memahami diri saya, seluruh hubungan akan kacau, dalam lingkaran yang makin melebar. Jadi, hubungan menjadi luar biasa penting, bukan di kalangan khalayak ramai, orang banyak, melainkan di dalam dunia keluarga saya dan sahabat-sahabat saya, betapa pun terbatasnya; hubungan dengan istri saya, anak-anak saya, tetangga saya. Di dalam dunia organisasi-organisasi raksasa, mobilisasi manusia besar-besaran, perpindahan massal, kita takut bertindak dalam skala kecil; kita takut menjadi orang kecil yang membersihkan sepetak tanah sendiri. Kita berkata kepada diri sendiri, “Apa yang bisa saya lakukan sendirian? Saya harus masuk ke dalam gerakan massal untuk dapat melakukan reformasi.” Sebaliknya, revolusi sejati bukanlah melalui gerakan massal, melainkan melalui penilaian batiniah terhadap hubungan—hanya itulah reformasi yang sejati, revolusi yang radikal, terus-menerus. Kita takut mulai dengan skala kecil. Oleh karena masalahnya begitu besar, kita berpikir kita perlu menghadapinya dengan banyak orang, dengan organisasi raksasa, dengan gerakan massal. Jelas, kita harus mulai menggarap masalahnya dalam skala kecil, dan skala kecil itu adalah “saya” dan “Anda”. Bila saya memahami diri saya sendiri, saya memahami Anda, dan dari pemahaman itu datanglah cinta. Cinta adalah mata rantai yang hilang; tidak ada kasih sayang, tidak ada kehangatan dalam hubungan; dan oleh karena kita tidak punya cinta itu, kelembutan itu, kemurahan itu, pengampunan di dalam hubungan, maka kita melarikan diri ke dalam tindakan massal, yang menghasilkan kekacauan lebih banyak, kesengsaraan lebih banyak. Kita mengisi hati kita dengan cetak-biru reformasi dunia, dan tidak memandang faktor penyelesai yang satu, yakni cinta.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, March 18, 2012

Kita Adalah Apa yang Kita Miliki

Untuk memahami hubungan, perlu ada keadaan-sadar yang pasif, yang tidak menghancurkan hubungan. Sebaliknya, keadaan-sadar itu membuat hubungan menjadi jauh lebih vital, jauh lebih bermakna. Lalu di dalam hubungan itu ada kemungkinan bagi kasih sayang sejati: terdapat kehangatan, rasa dekat, yang bukan sekadar sentimen atau rasa-tubuh. Dan kalau kita dapat mendekati secara itu, atau berada dalam hubungan terhadap segala sesuatu, maka masalah-masalah kita dapat teratasi dengan mudah—masalah harta benda, masalah milik. Oleh karena kita adalah apa yang kita miliki. Orang yang memiliki uang adalah uang itu. Orang yang melihat dirinya dalam harta bendanya adalah harta benda itu, atau rumah, atau perabot. Begitu pula dengan gagasan, dengan tokoh; dan bila terdapat kepemilikan, tidak ada hubungan. Tetapi kebanyakan dari kita memiliki oleh karena kita tidak punya yang lain jika kita tidak memiliki. Kita adalah kulit yang hampa bila kita tidak memiliki, bila kita tidak mengisi hidup kita dengan perabot, dengan musik, dengan pengetahuan, dengan ini-itu. Dan kulit itu membuat banyak gaduh, dan kegaduhan itu kita sebut hidup; dan kita merasa puas dengan semua itu. Dan bila terdapat gangguan, bila semua itu meninggalkan kita, lalu terdapat kesedihan, oleh karena pada saat itu Anda tiba-tiba menyadari diri Anda seperti apa adanya—sebuah kulit hampa, tidak punya banyak makna. Jadi, menyadari seluruh isi hubungan adalah tindakan; dan dari tindakan itu ada kemungkinan bagi hubungan yang sejati, ada kemungkinan untuk menemukan kedalamannya yang besar, maknanya yang besar, dan mengetahui apa itu cinta.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, March 17, 2012

Bagaimana Mungkin Bisa Ada Cinta Sejati ?

Gambaran yang Anda peroleh tentang seseorang, gambaran yang Anda miliki tentang para politisi, perdana menteri, tuhan Anda, istri Anda, anak-anak Anda—gambaran ini yang kita pandang. Dan gambaran itu tercipta melalui hubungan Anda, atau melalui ketakutan Anda, atau melalui harapan Anda. Kenikmatan seksual dan lainnya yang Anda peroleh bersama istri Anda, suami Anda, amarah, sanjungan, kenyamanan, dan segala sesuatu yang dibawa oleh kehidupan keluarga—sesungguhnya itu kehidupan yang sangat berbahaya—telah menciptakan gambaran tentang istri atau suami Anda. Dengan gambaran itu Anda memandang. Begitu pula, istri atau suami Anda mempunyai gambaran tentang Anda. Jadi, hubungan antara Anda dengan istri atau suami Anda, antara Anda dengan para politisi, sesungguhnya adalah hubungan antara dua gambaran. Begitu, bukan? Itu adalah fakta. Bagaimana dua gambaran yang adalah hasil pikiran, hasil kenikmatan dan sebagainya, bisa mengandung kasih sayang dan cinta?

Jadi, hubungan antara dua individu, yang amat erat berdekatan atau amat jauh terpisah, adalah hubungan antara gambaran-gambaran, simbol-simbol, ingatan-ingatan. Dan di situ, bagaimana mungkin bisa ada cinta sejati?


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, March 16, 2012

Fungsi Hubungan

Hubungan mau tidak mau menyakitkan, yang terlihat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika di dalam hubungan tidak terdapat ketegangan, maka itu bukan lagi hubungan, melainkan sekadar tidur yang nyaman, terbius—yang diinginkan dan lebih disukai oleh kebanyakan orang. Konflik terjadi antara keinginan akan kenyamanan ini dengan apa yang faktual, antara ilusi dan aktualitas. Jika Anda memahami ilusi itu, Anda dapat, dengan mengesampingkannya, mengarahkan perhatian Anda untuk memahami hubungan. Tetapi jika Anda mencari rasa aman dalam hubungan, itu menjadi investasi dalam kenyamanan, dalam ilusi—padahal kebesaran hubungan justru terletak pada rasa tak-amannya. Dengan mencari rasa-aman dalam hubungan, Anda menghalangi fungsinya, yang menghasilkan tindakan dan kemalangannya sendiri.

Sesungguhnya, fungsi hubungan adalah untuk mengungkap seluruh keadaan diri kita sendiri. Hubungan adalah proses pengungkapan-diri, pengenalan-diri. Pengungkapan-diri ini menyakitkan, menuntut penyesuaian, kelenturan pikiran-emosi terus-menerus. Itu adalah pergulatan yang menyakitkan, dengan masa-masa kedamaian dengan pencerahan. ....

Tetapi kebanyakan kita menghindari atau mengabaikan ketegangan di dalam hubungan, dan lebih menyukai kemudahan dan kenyamanan dalam kebergantungan yang memuaskan, rasa aman yang tak punya tantangan, tempat berlabuh yang aman. Maka keluarga dan hubungan lain menjadi tempat pelarian, pelarian bagi mereka yang tidak mau berpikir.

Bila rasa tak-aman menyelinap menjadi kebergantungan, seperti selalu demikian yang terjadi, maka di situ hubungan dibuang dan hubungan baru diambil dengan harapan untuk menemukan rasa aman yang lestari; tetapi tidak ada rasa aman dalam hubungan, dan kebergantungan hanya menghasilkan ketakutan. Tanpa memahami proses rasa aman dan ketakutan, hubungan menjadi penghalang yang membelenggu, jalan kegelapan. Maka seluruh eksistensi ini menjadi pergulatan dan kesakitan, dan tidak ada jalan keluar dari situ kecuali dengan berpikir benar, yang datang dengan pengenalan-diri.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, March 15, 2012

Hubungan Adalah Cermin

Sesungguhnya, hanya di dalam hubungan proses apa adanya diri saya terbabar, bukan? Hubungan adalah cermin, yang di situ kita melihat diri kita seperti apa adanya; tetapi karena kebanyakan dari kita tidak suka kepada diri kita seperti apa adanya, kita mulai mendisiplinkan, entah secara positif entah secara negatif, apa yang kita lihat di dalam cermin hubungan. Maksudnya, saya menemukan sesuatu di dalam hubungan, di dalam tindakan berhubungan, dan saya tidak suka itu. Lalu, saya mulai mengubah apa yang saya tidak suka, apa yang saya lihat sebagai tidak menyenangkan. Saya ingin mengubahnya—yang berarti saya sudah mempunyai suatu pola tentang bagaimana saya seharusnya. Begitu ada pola tentang bagaimana saya seharusnya, tidak ada lagi pemahaman terhadap apa adanya diri saya. Begitu ada gambaran saya ingin menjadi seperti apa, atau saya harus menjadi apa—suatu standar yang berdasarkan itu saya ingin berubah—maka jelas tidak ada pemahaman tentang apa adanya diri saya pada saat berhubungan.

Saya rasa sungguh penting untuk memahami ini, karena saya rasa di sinilah kebanyakan dari kita tersesat. Kita tidak ingin tahu apa sesungguhnya diri kita pada saat berhubungan tertentu. Jika kita hanya sekadar memikirkan perbaikan-diri, tidak ada pemahaman tentang diri kita sendiri, tentang apa adanya.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, March 14, 2012

Intensitas yang Bebas dari Segala Kelekatan

Di dalam keadaan penuh gairah tanpa sebab, terdapat intensitas yang bebas dari segala kelekatan; tetapi bila gairah mempunyai sebab, terdapat kelekatan, dan kelekatan adalah awal kesedihan. Kebanyakan dari kita melekat; kita melekat kepada seseorang, kepada suatu negara, kepada suatu kepercayaan, kepada suatu gagasan, dan bila obyek kelekatan kita diambil atau dengan cara lain kehilangan maknanya, kita mendapati diri kita kosong, tidak memadai. Kekosongan ini kita coba isi dengan melekat kepada sesuatu yang lain lagi, yang lagi-lagi menjadi obyek dari gairah kita.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, March 13, 2012

Keinginan Selamanya Keinginan

Untuk menghindarkan penderitaan kita memupuk sikap melepaskan. Setelah diperingatkan bahwa kelekatan cepat atau lambat menghasilkan kesedihan, kita ingin menjadi lepas. Kelekatan memang memuaskan, tetapi setelah melihat kepedihan di dalamnya, kita ingin pemuasan dengan cara lain, yakni melalui kelepasan. Kelepasan sama saja dengan kelekatan selama memberikan pemuasan. Jadi yang sesungguhnya kita cari adalah pemuasan; kita haus akan pemuasan dengan cara apa pun.

Kita bergantung atau melekat oleh karena hal itu memberikan kenikmatan, keamanan, kekuasaan, rasa sejahtera, sekalipun di dalamnya terdapat kesedihan dan ketakutan. Kita mencari kelepasan juga demi kenikmatan, supaya tidak tersakiti, supaya tidak terluka di dalam batin. Pencarian kita adalah demi kenikmatan, pemuasan. Tanpa menyalahkan atau membenarkan kita harus mencoba memahami proses ini, oleh karena kalau kita tidak memahaminya maka tidak ada jalan keluar dari kebingungan dan kontradiksi kita. Dapatkah keinginan dipuaskan, ataukah itu merupakan sumur tanpa dasar? Entah kita menginginkan sesuatu yang rendah atau yang tinggi, keinginan adalah tetap keinginan, api yang membakar, dan apa yang dapat dilalapnya akan segera menjadi abu; tetapi keinginan akan pemuasan tetap ada, terus membara, terus melalap, tanpa akhir. Kelekatan dan kelepasan sama-sama mengikat, dan kedua-duanya harus diatasi.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, March 12, 2012

Berada Sendiri

Berada sendiri, yang bukanlah filsafat kesepian, adalah jelas berada dalam suatu keadaan revolusi terhadap seluruh tatanan masyarakat—bukan hanya terhadap masyarakat ini, tetapi juga terhadap masyarakat komunis, masyarakat fasis, setiap bentuk masyarakat sebagai kebrutalan yang terorganisasi, kekuasaan yang terorganisasi. Dan itu berarti suatu persepsi luar biasa tentang dampak dari kekuasaan. Tuan, apakah Anda memperhatikan para serdadu itu berlatih? Mereka bukan lagi manusia, mereka adalah mesin, mereka adalah anak Anda dan anak saya, berdiri di terik matahari itu. Ini terjadi di sini, di Amerika, di Rusia, dan di mana-mana—tidak hanya di tingkat pemerintahan, tetapi juga di tingkat biara, menjadi anggota suatu biara, anggota tarekat keagamaan, angota kelompok yang memanfaatkan kekuasaan yang menakjubkan. Dan hanya batin yang tidak menjadi anggota apa-apa dapat berada sendiri. Dan kesendirian bukanlah sesuatu yang harus dipupuk.  Anda lihat itu? Bila Anda melihat semua itu, Anda berada di luar, dan tidak ada gubernur atau presiden akan mengundang Anda makan malam. Dari kesendirian itu terdapatlah kerendahan hati. Kesendirian itulah yang mengenal cinta—bukan kekuasaan. Orang yang ambisius, secara religius atau biasa, tidak akan pernah tahu apa cinta itu. Jadi, jika kita melihat semua ini, maka kita memiliki kualitas untuk hidup secara total, dan oleh karena itu kualitas tindakan secara total. Ini datang dari pengenalan-diri.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, March 11, 2012

Kelekatan Adalah Pelarian Diri

Cobalah sekadar menyadari keterkondisian Anda. Anda hanya dapat mengetahuinya secara tidak langsung, dalam hubungan dengan sesuatu yang lain. Anda tidak dapat menyadari keterkondisian Anda sebagai suatu abstraksi, oleh karena ia lalu menjadi sekadar kata-kata, tanpa banyak arti. Kita hanya menyadari adanya konflik. Konflik muncul apabila tidak terdapat keterpaduan antara tantangan dan respons. Konflik ini adalah akibat dari keterkondisian kita. Keterkondisian adalah kelekatan: kelekatan pada kerja, pada tradisi, pada harta benda, pada orang, pada gagasan, dan sebagainya. Jika tidak terdapat kelekatan, apakah ada keterkondisian? Tentu tidak. Jadi mengapa kita melekat? Saya melekat kepada negaraku oleh karena dengan identifikasi seperti itu saya punya arti. Saya mengidentifikasikan diri saya dengan pekerjaan saya, dan pekerjaan itu menjadi penting. Aku adalah keluargaku, harta bendaku; saya melekat kepadanya. Obyek kelekatan itu memberikan kepada saya cara untuk melarikan diri dari kehampaan diri saya sendiri. Kelekatan adalah pelarian diri, dan pelarian diri itulah yang memperkuat pengkondisian.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, March 10, 2012

Hadapi Fakta dan Lihat Apa yang Terjadi

Kita semua pernah mengalami rasa kesepian hebat, ketika buku-buku, agama, dan segala sesuatu lenyap dan kita merasa kesepian, hampa secara hebat di dalam batin. Kebanyakan dari kita tidak mampu menghadapi kehampaan itu, kesepian itu, dan kita melarikan diri darinya. Kita lari kepada ketergantungan, bergantung pada sesuatu, oleh karena kita tidak berani berdiri sendirian. Kita memerlukan radio, televisi, buku, ngobrol, bergunjing ini-itu tanpa henti, tentang seni dan budaya. Jadi, kita sampai pada titik yang di situ kita tahu ada rasa isolasi-diri yang luar biasa ini. Kita mungkin punya pekerjaan yang sangat baik, bekerja dengan keras, menulis buku, tetapi di dalam batin terdapat kevakuman yang hebat. Kita ingin mengisinya, dan ketergantungan adalah salah satu jalannya. Kita memanfaatkan ketergantungan, hiburan, kegiatan tempat ibadah, agama, minuman keras, perempuan, dan selusin hal lagi untuk mengisinya, menutupinya. Jika kita melihat bahwa adalah sia-sia untuk mencoba menutupinya, sama sekali sia-sia—bukan secara verbal, bukan dengan keyakinan, dan dengan demikian dengan kesepakatan dan tekad—tetapi jika kita melihat absurditas total dari hal itu ... maka kita berhadapan dengan suatu fakta. Soalnya bukan bagaimana membebaskan diri dari ketergantungan; itu bukan fakta; itu hanya reaksi terhadap fakta. ... Mengapa saya tidak menghadapi fakta itu dan melihat apa yang terjadi?

Sekarang masalahnya adalah si pengamat dan yang diamati. Si pengamat berkata, “Saya hampa; saya tidak suka itu,” dan lari darinya. Si pengamat berkata, “Saya lain dari kehampaan.” Tetapi si pengamat adalah kehampaan itu; bukan kehampaan yang dilihat oleh si pengamat. Si pengamat adalah yang diamati. Terdapat revolusi hebat di dalam berpikir, di dalam merasa, apabila itu terjadi.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, March 9, 2012

Kelekatan Adalah Pengelabuan Diri

Kita adalah apa yang kita miliki, kita adalah apa yang kita lekati. Kelekatan tidak punya kemuliaan. Kelekatan pada pengetahuan tidak berbeda dengan bentuk-bentuk lain kecanduan yang memberikan kepuasan. Kelekatan adalah absorpsi-diri, baik di tingkat terendah maupun di tingkat tertinggi. Kelekatan adalah pengelabuan-diri, ia adalah pelarian dari kekosongan diri. Apa yang kita lekati—harta benda, orang, gagasan—menjadi mahapenting, oleh karena tanpa banyak hal yang mengisi kekosongannya, diri ini tidak ada. Ketakutan akan ketiadaan membuat kita memiliki; dan rasa takut menghasilkan ilusi, keterikatan pada konklusi. Konklusi, baik material maupun ideasional, menghalangi berbuahnya kecerdasan, kebebasan yang hanya di dalamnya realitas bisa terwujud; dan tanpa kebebasan ini, kecerdikan dianggap kecerdasan. Sepak-terjang kecerdikan selalu rumit dan destruktif. Kecerdikan yang bertujuan melindungi diri inilah yang membuat kelekatan; dan bila kelekatan menyebabkan kesakitan, kecerdikan yang sama ini mencari pelepasan dan menemukan kenikmatan di dalam kebanggaan dan kesombongan pengunduran diri. Memahami sepak-terjang kecerdikan, sepak-terjang diri, adalah awal dari kecerdasan.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, March 8, 2012

Memupuk Pelepasan

Hanya ada kelekatan; tidak ada yang disebut pelepasan. Batin menciptakan pelepasan sebagai reaksi terhadap sakitnya kelekatan. Bila Anda bereaksi terhadap kelekatan dengan menjadi “lepas”, Anda melekat kepada sesuatu yang lain. Jadi seluruh proses itu adalah proses kelekatan. Anda melekat pada istri atau suami Anda, pada anak-anak Anda, pada gagasan-gagasan, pada tradisi, pada otoritas, dan seterusnya; dan reaksi Anda terhadap kelekatan ini adalah pelepasan. Memupuk pelepasan adalah dampak dari penderitaan, kesakitan. Anda ingin melarikan diri dari sakitnya kelekatan, dan pelarian Anda adalah mencari sesuatu yang Anda pikir dapat Anda lekati lagi. Semua kitab berkata, “Lepaskan dirimu,” tetapi apakah kebenarannya? Jika Anda mengamati batin Anda sendiri, Anda akan melihat suatu hal yang luar biasa—bahwa dengan memupuk pelepasan, batin Anda melekat kepada sesuatu yang lain.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Wednesday, March 7, 2012

Mengeksploitasi Berarti Dieksploitasi

Oleh karena kebanyakan dari kita mencari kekuasaan dalam satu atau lain bentuk, maka terbentuklah prinsip hirarkis: si pemula dan orang yang sudah diinisiasi, murid dan Guru, dan bahkan di antara para Master ada tingkat-tingkat perkembangan spiritual. Kebanyakan dari kita senang mengeksploitasi dan dieksploitasi, dan sistem ini memberikan sarananya, baik tersembunyi atau terang-terangan. Mengeksploitasi berarti dieksploitasi. Keinginan untuk memanfaatkan orang lain untuk memuaskan kebutuhan psikologis Anda menyebabkan ketergantungan; dan jika Anda bergantung, Anda harus memegang erat-erat, memiliki; dan apa yang Anda miliki memiliki Anda. Tanpa ketergantungan, halus atau kasar, tanpa memiliki barang, orang, dan gagasan, Anda kosong, tidak penting sama sekali. Anda ingin menjadi orang penting, dan untuk menghindari ketakutan yang menggerogoti akan keadaan bukan apa-apa, Anda masuk organisasi ini-itu, menganut ideologi ini-itu, menjadi anggota tempat ibadah ini-itu; maka Anda dieksploitasi, dan Anda pada gilirannya juga mengeksploitasi.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Tuesday, March 6, 2012

Sang 'Aku' Adalah Milik

Pelepasan, pengorbanan-diri bukanlah tindakan mulia, untuk dipuji dan ditiru. Kita memiliki karena tanpa milik kita tidak ada. Ada banyak macam milik dan bervariasi. Orang yang tidak mempunyai harta benda duniawi mungkin melekat pada pengetahuan, pada gagasan; orang lain mungkin melekat pada kebajikan, yang lain lagi melekat pada pengalaman, yang lain lagi pada nama dan kemasyhuran, dan seterusnya. Tanpa milik, sang ‘aku’ tidak ada; sang ‘aku’ adalah milik, perabotan, kebajikan, nama. Dalam ketakutannya terhadap ketiadaan, batin melekat pada nama, pada perabot, pada nilai; dan ia akan melepaskan ini agar dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi; makin tinggi tingkatannya makin memuaskan, makin abadi. Ketakutan terhadap ketidakpastian, terhadap ketiadaan, menyebabkan kelekatan, kepemilikan. Bila kepemilikan tidak memuaskan atau menyakitkan, kita melepaskannya dan menggantikannya dengan kelekatan yang lebih menyenangkan. Kepemilikan yang paling memuaskan adalah kata “Tuhan”, atau penggantinya, “Negara”.

... Selama Anda tidak mau menjadi bukan apa-apa, yang memang itu faktanya diri Anda, mau tidak mau Anda akan menghasilkan penderitaan dan antagonisme. Kesediaan untuk menjadi bukan apa-apa bukanlah masalah pelepasan, pemaksaan, lahiriah atau batiniah, melainkan adalah melihat kebenaran apa adanya. Melihat kebenaran apa adanya membawa kebebasan dari ketakutan terhadap rasa tidak aman, ketakutan yang menghasilkan kelekatan dan membawa pada ilusi ketakterikatan, pelepasan. Cinta kepada apa adanya adalah awal dari kearifan. Hanya cintalah yang berbagi, hanya dialah yang mampu menyatu; tetapi pelepasan dan pengorbanan-diri adalah jalan isolasi dan ilusi.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Monday, March 5, 2012

Hubungan

Hubungan yang didasarkan kepentingan bersama hanya menghasilkan konflik. Betapa pun kita saling bergantung satu sama lain, kita saling memakai satu sama lain untuk suatu maksud, suatu tujuan. Dengan pandangan untuk mencapai suatu tujuan, tidak ada hubungan. Anda boleh memakai saya, saya boleh memakai Anda. Dalam pemakaian ini, kita kehilangan kontak. Suatu masyarakat yang didasarkan pada saling memakai adalah landasan bagi kekerasan. Bila kita memakai orang lain, kita hanya memiliki gambaran tentang tujuan yang hendak dicapai. Tujuan, keuntungan, menghalangi hubungan, penyatuan. Di dalam memakai orang lain, betapa pun memuaskan dan terasa nyaman, selalu terdapat rasa takut. Untuk menghindari rasa takut ini, kita harus memiliki. Dari pemilikan muncullah irihati, kecurigaan, dan konflik tanpa-henti. Hubungan seperti itu tidak pernah menghasilkan kebahagiaan.

Suatu masyarakat yang strukturnya didasarkan sekadar pada kebutuhan, baik fisiologis maupun psikologis, pasti menghasilkan konflik, kekacauan dan kesengsaraan. Masyarakat adalah proyeksi diri Anda sendiri dalam hubungan dengan orang lain, yang di situ kebutuhan dan pemakaian adalah penting. Bila Anda memakai orang lain untuk kebutuhan Anda, baik fisik maupun psikologis, sesungguhnya tidak ada hubungan sama sekali; sesungguhnya Anda tidak mempunyai kontak dengan orang itu, tidak ada penyatuan dengan orang itu. Bagaimana Anda bisa menyatu dengan orang lain, bila orang lain dipakai sebagai sebuah perabot, untuk kemudahan dan kenyamanan Anda? Jadi, adalah penting untuk memahami makna hubungan di dalam kehidupan sehari-hari.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Sunday, March 4, 2012

Sadar Secara Mendalam

Kebergantungan menggerakkan sikap meninggi dan kelekatan, suatu konflik terus-menerus tanpa pemahaman, tanpa pelepasan. Anda harus sadar akan proses kelekatan dan kebergantungan, menyadarinya tanpa menyalahkan, tanpa menghakimi; maka Anda akan melihat makna dari konflik antara hal-hal berlawanan ini. Jika Anda menjadi sadar secara mendalam, dan dengan sadar mengarahkan pikiran untuk memahami makna sepenuhnya dari kebutuhan, dari kebergantungan, batin sadar Anda akan terbuka dan menjadi jelas akan itu; maka bawah-sadar, dengan motif-motif, daya-upaya, dan niat-niatnya yang tersembunyi, akan memproyeksikan diri ke dalam kesadaran. Bila ini terjadi, Anda harus mempelajari dan memahami setiap bisikan dari bawah-sadar. Jika Anda sering melakukan ini, menyadari proyeksi dari bawah-sadar setelah kesadaran memikirkan problemnya sejelas mungkin, maka, sekalipun Anda mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain, kesadaran dan bawah-sadar akan menggarap masalah kebergantungan, atau masalah lainnya. Maka, tegaklah suatu kesadaran terus-menerus, yang dengan sabar dan lembut akan menghasilkan keterpaduan; dan jika kesehatan Anda dan diit Anda baik, pada gilirannya ini akan menghasilkan kepenuhan hidup.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Saturday, March 3, 2012

Ada Faktor Lebih Dalam yang Membuat Kita Bergantung

Kita tahu kita bergantung—pada hubungan kita dengan orang, atau pada suatu gagasan atau pada suatu sistem pemikiran. Mengapa?

... Sesungguhnya, saya rasa ketergantungan bukanlah masalahnya;  saya rasa ada faktor lain yang lebih dalam yang membuat kita bergantung. Dan jika kita bisa membongkarnya, maka ketergantungan dan pergulatan untuk bebas tidak punya banyak makna lagi, maka semua masalah yang timbul dari ketergantungan akan lenyap. Jadi apakah masalah yang lebih dalam itu? Bukankah itu karena batin tidak suka, takut akan gagasan berada sendiri? Dan adakah batin mengetahui keadaan yang dihindarinya? Selama kesepian itu tidak sungguh-sungguh dipahami, dirasakan, ditembus, dilarutkan—apa pun kata yang ingin Anda gunakan—selama rasa kesepian itu tetap ada, mau tidak mau ada ketergantungan, dan kita tidak pernah bisa bebas; kita tidak dapat menemukan sendiri apa yang benar, apa yang adalah agama. 


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Friday, March 2, 2012

Kita Tidak Pernah Mempertanyakan Ketergantungan

Mengapa kita bergantung? Secara psikologis, di dalam, kita bergantung pada suatu kepercayaan, kepada suatu sistem, kepada suatu filsafat; kita bertanya kepada orang lain tentang patokan perilaku; kita mencari guru yang akan memberi kita cara hidup yang akan membawa kita kepada suatu harapan, suatu kebahagiaan. Jadi, bukankah kita selamanya mencari suatu bentuk ketergantungan, keamanan. Mungkinkah bagi batin untuk membebaskan dirinya dari rasa bergantung ini? Yang bukan berarti bahwa batin harus mencapai ketaktergantungan; itu hanyalah reaksi terhadap ketergantungan. Kita tidak membicarakan ketaktergantungan, kebebasan dari suatu keadaan tertentu. Jika kita bisa menyelidik tanpa bereaksi mencari kebebasan dari suatu keadaan ketergantungan tertentu, maka kita bisa menyelaminya jauh lebih dalam. ... Kita menerima perlunya ketergantungan; kita berkata itu tidak bisa dihindarkan. Kita tidak pernah mempertanyakan keseluruhan masalah itu sama sekali, mengapa kita masing-masing mencari suatu bentuk ketergantungan. Bukankah kita, sungguh jauh di dalam, membutuhkan keamanan, kekekalan? Berada dalam keadaan bingung, kita menginginkan seseorang akan membebaskan kita dari kebingungan itu. Maka, kita selalu memikirkan bagaimana cara melepaskan diri dari atau menghindari keadaan yang di situ kita berada. Dalam proses menghindari keadaan itu, mau tidak mau kita akan menciptakan suatu bentuk ketergantungan, yang menjadi otoritas kita. Jika kita bergantung kepada orang lain untuk keamanan kita, untuk kesejahteraan batin kita, maka dari ketergantungan itu muncullah berbagai masalah yang tak terhitung banyaknya, lalu kita mencoba memecahkan masalah-masalah itu—masalah kelekatan. Tetapi kita tidak pernah bertanya, kita tidak pernah mendalami masalah ketergantungan itu sendiri. Jika kita dapat sungguh-sungguh dengan cerdas, dengan kesadaran penuh, menyelami masalah ini, maka mungkin kita akan menemukan bahwa ketergantungan bukanlah masalahnya sama sekali—bahwa itu hanyalah satu cara untuk melarikan diri dari suatu fakta yang lebih dalam.

The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti

Thursday, March 1, 2012

Batin yang Bebas Memiliki Kerendahan Hati

Pernahkah Anda menyelami masalah ketergantungan psikologis? Jika Anda menyelaminya sangat dalam, Anda akan mendapati bahwa kebanyakan dari kita sangat kesepian. Kebanyakan dari kita memiliki batin yang begitu dangkal dan kosong. Kebanyakan dari kita tidak tahu apa arti cinta. Maka, dari rasa kesepian itu, dari rasa ketidakcukupan itu, dari rasa kemiskinan hidup itu, kita melekat kepada sesuatu, melekat kepada keluarga; kita bergantung padanya. Lalu apabila istri atau suami berpaling dari kita, kita cemburu. Cemburu bukanlah cinta; tetapi cinta di dalam keluarga yang diakui masyarakat dijadikan terhormat. Itu adalah bentuk pertahanan lain, bentuk lain pelarian dari diri kita sendiri. Demikianlah setiap bentuk perlawanan menghasilkan ketergantungan. Dan batin yang bergantung tidak pernah bebas.

Anda harus bebas, karena Anda akan melihat bahwa batin yang bebas memiliki esensi kerendahan hati. Batin seperti itu, yang bebas dan oleh karena itu memiliki kerendahan hati, dapat belajar—bukan batin yang menolak. Belajar adalah sesuatu yang luar biasa—belajar, bukan menimbun pengetahuan. Menimbun pengetahuan adalah hal yang lain sekali. Yang kita sebut pengetahuan adalah relatif mudah, oleh karena hal itu adalah gerakan dari yang diketahui menuju yang diketahui. Tetapi belajar adalah gerakan dari yang diketahui menuju yang tak diketahui—Anda hanya belajar secara itu, bukan?


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti