Untuk
menghindarkan penderitaan kita memupuk sikap melepaskan. Setelah
diperingatkan bahwa kelekatan cepat atau lambat menghasilkan kesedihan,
kita ingin menjadi lepas. Kelekatan memang memuaskan, tetapi setelah
melihat kepedihan di dalamnya, kita ingin pemuasan dengan cara lain,
yakni melalui kelepasan. Kelepasan sama saja dengan kelekatan selama
memberikan pemuasan. Jadi yang sesungguhnya kita cari adalah pemuasan;
kita haus akan pemuasan dengan cara apa pun.
Kita bergantung atau melekat oleh karena hal itu memberikan kenikmatan,
keamanan, kekuasaan, rasa sejahtera, sekalipun di dalamnya terdapat
kesedihan dan ketakutan. Kita mencari kelepasan juga demi kenikmatan,
supaya tidak tersakiti, supaya tidak terluka di dalam batin. Pencarian
kita adalah demi kenikmatan, pemuasan. Tanpa menyalahkan atau
membenarkan kita harus mencoba memahami proses ini, oleh karena kalau
kita tidak memahaminya maka tidak ada jalan keluar dari kebingungan dan
kontradiksi kita. Dapatkah keinginan dipuaskan, ataukah itu merupakan
sumur tanpa dasar? Entah kita menginginkan sesuatu yang rendah atau
yang tinggi, keinginan adalah tetap keinginan, api yang membakar, dan
apa yang dapat dilalapnya akan segera menjadi abu; tetapi keinginan
akan pemuasan tetap ada, terus membara, terus melalap, tanpa akhir.
Kelekatan dan kelepasan sama-sama mengikat, dan kedua-duanya harus
diatasi.
The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti