Friday, March 23, 2012

Menggarap Ketakutan

Kita takut akan opini masyarakat, takut akan tidak sukses, tidak mencapai, takut tidak memperoleh kesempatan; dan melalui semua itu terdapat rasa bersalah yang luar biasa ini—kita telah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan; rasa bersalah dalam berbuat itu sendiri; kita sehat sedangkan orang lain miskin dan tidak sehat; kita punya makanan dan orang lain tidak punya makanan. Makin banyak pikiran ini menyelidik, menembus, bertanya, makin besar pula rasa bersalah dan kecemasan. .... Ketakutan adalah dorongan yang mencari seorang Master, seorang guru; ketakutan adalah polesan keterhormatan, yang sangat disenangi setiap orang—menjadi terhormat. Apakah Anda bertekad untuk berani menghadapi berbagai peristiwa dalam kehidupan, atukah sekadar mereka-reka untuk mengenyahkan ketakutan, atau mencari penjelasan-penjelasan yang dapat memberikan kepuasan kepada batin yang terperangkap dalam ketakutan? Bagaimana Anda menggarapnya? Menyalakan radio, membaca buku, pergi ke tempat ibadah, melekat pada suatu bentuk dogma, kepercayaan?

Ketakutan adalah energi destruktif dalam diri manusia. Ia melayukan batin, mendistorsikan pikiran, menghasilkan segala macam teori yang luar biasa cerdik dan halus, takhyul, dogma dan kepercayaan yang absurd. Jika Anda melihat bahwa ketakutan bersifat destruktif, lalu bagaimana Anda akan mengelap batin Anda  menjadi bersih? Anda berkata bahwa dengan menggali sebab-musabab ketakutan Anda akan bebas dari ketakutan. Betulkah demikian? Mencoba mengungkap sebab dan memahami sebab ketakutan tidak melenyapkan ketakutan.


The Book Of Life
Jiddu Krishnamurti